Frensia.id- Isu bau ketiak menantu Joko Widodo baru-baru ini dijadikan perbincangan hangat. Ternyata hal ini banyak mengundang tafsir dari beberapa pakar, termasuk Adian Napitulu dan Rocky Gerung.
Sebagaimana ramai dibincangkan di media, baru-baru ini, publik dihebohkan dengan isu yang menyebut menantu Presiden Joko Widodo, Erina Gudono. Ia dianggap memiliki masalah bau ketiak.
Isu ini mencuat setelah Erina dituduh memamerkan kemewahan di tengah situasi politik Indonesia yang sedang kacau. Dalam kacamata pengamat dan politisi hal ini bukan peristiwa yang biasa, namun amat mengkhawatirkan. Setidak ada dua tafsir yang berupaya mengungkap hal tersebut.
Isu Ketiak Sebagai Hal Mengerikan
Isu dianggap sebagai isu yang mengerikan oleh Adian Napitulu. Ia mengungkapkan bahwa isu tersebut tidak biasa dan merupakan tanda yang mestinya mengkhawatirkan.
“dulu kita enggak bicara tentang ketek, kita berbicara tentang aset, kekayaan, kekerasan, pelanggaran HAM, kemanusiaan, koruspsi dan lain sebagianya. Sekarang lebih ngeri. Semua dibicarakan termasuk ketek”, ungkapnya.
Mestinya, isu ini dipahami sebagai bahaya yang luar biasa. Baginya, ketek sebenarnya merupakan simbol yang diungkapkan untuk mengungkap kemarahan yang tak biasa.
“Ketek jadi problem, untuk menyampaikan hal ada sesuatu yang salah. Eh, sadar dong! Ada sesuatu yang gawat di luar sana. Yang mungkin karena kalian terlalu jauh di atas sana, tidak melihat sebagai sebuah kebahayaan”, punkasnya dalam acara Rakyat Bersuara di INews, 27/08/2024.
Isu Ketiak Sebagai Indikasi Keruntuhan Dinasti
Rocky Gerung lebih rinci lagi. Ia memosikan isu yang tidak biasa sebagai satu indikator kejengkelan rakyat pada pemerintah.
Ia memberi contoh beberapa fakta sejarah yang memperlihatkan sejumlah isu yang hampir sama dan menandakan pengantar perubahan dan revolusi politik sebuah negara.
“saya bisa jelaskan teorinya secara akademis”, katanya memperkuat pendapat Adian.
Baginya, ada kemarahan publik dan orang mencari sasaran. Sasaran itu tiba pada ketek. Pertanyaannya itu, ketek personal atau jangan-jangan melambangkan ketek dinasti.
“Jadi kita mesti anggap bahwa keteknya anak pak Jokowi juga keteknya Jokowi. Bukan lagi tubuh personal yang disasar, tapi tubuh dinastinya”, jelasnya.
Ia mencontohkan cibiran tentang ketiak ini sama dengan isu parfum Marie Antoinette dan Imeda Marcos. Marie Antoinette dikritik parfumnya dan melahirkan revolusi Prancis. Sedangkan Imelda Marcos adalah sepatunya.
“Jadi tubuh yang disasar bukan lagi tubuh pribadi, tapi tubuh publik”, tegasnya menyumpulkan.