Persis Pinokio Jawa, Di Amerika Dianggap Penganggu Demokrasi

Senin, 19 Agustus 2024 - 04:30 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Persis Pinokio Jawa, Di Amerika Dianggap Penganggu Demokrasi (Sumber: indigodergisi dan Ilustrasi Mashur Imam)

Gambar Persis Pinokio Jawa, Di Amerika Dianggap Penganggu Demokrasi (Sumber: indigodergisi dan Ilustrasi Mashur Imam)

Frensia.id- Persis kisah Pinokio Jawa yang ditulis Prof Sukidi di Majalah Tempo, di Amerika kisahnya dianggap pengganggu demokrasi. Kisah boneka kayu ini dianggap sebagai pendidikan radikal yang kurang bermoral di negara demokrasi.

Kisah yang berasal dari Le Avventure di Pinocchio, karya Carlo Collodi ini dianggap memiliki pengaruh negatif pada pendidikan dan politik di Amerika. Pendapat ini muncul dari Richard Wunderlich, seorang guru besar The College of Saint Rose.

Pada tahun tahun 1995, Bloomsbury Publishing USA menerbitkan salah satu artikelnya yang berjudul “De-Radicalizing Pinocchio”. Karya ini mengomentari sosok Pinokio telah memberikan pengaruh buruk pada perkembangan demokrasi di barat. Jadi pendapatnya, hampir sama dengan tulisan Mukidi di Tempo yang ramai belakang ini.

Baginya, pengaruh sosok Pinokio telah mencabik-cabik keluhuran budaya kontemporer dewasa ini. Baginya, Collodi dengan Pinokionya, telah menyebarkan bahwa konflik antara orang tua dan anak sebagai hal yang wajar, bahkan esensial untuk pertumbuhan dan refleksi diri.

Baca Juga :  Banyak Keluhan Jalan Rusak, Gus Fawait Sebut 56 Ruas Sudah Mulai Dibenahi

Ia menekankan bahwa kedewasaan tidak dicapai dalam batasan keluarga, melainkan melalui pengalaman di luar lingkungan keluarga. Hal ini berbeda dengan gambaran populer di Amerika saat ini, versi asli Pinokio bukanlah cerita yang hanya berfokus pada kontrol sosial, tetapi lebih kepada pemberdayaan dan perjalanan individu untuk menemukan jati diri.

Karena itu, pengaruh radikal tersebut perlu direvisi. Bukan untuk menyesuaikan dengan masyarakat yang lebih modern atau kelas menengah, melainkan untuk menekankan keteraturan dan kontrol.

Pesan asli Collodi tentang pentingnya pemberontakan dan petualangan dalam proses pendewasaan semestinya dihilang. Perlu diganti dengan narasi yang lebih sesuai dengan masyarakat yang berorientasi pada ketertiban.

Baginya, sosok Pinokio karya Collodi bertentangan dengan pesan yang mendukung tatanan sosial yang damai dan stabil. Pinokio muda dalam kisah aslinya digambarkan sebagai sosok yang tegas, aktif, dan sering mengganggu, tetapi ketika dewasa, ia menjadi sadar, bertanggung jawab, serta berani mengambil inisiatif untuk dirinya sendiri dan orang lain.

Baca Juga :  Buku Nabiel A. Karim Hayaze', Gambarkan Musik Gambus Sebagai Simfoni Perekat Bangsa

Lebih menarik lagi, Collodi juga mengajarkan Pinokio untuk skeptis terhadap otoritas politik, yang mencerminkan nilai-nilai pemberontakan dan keadilan sosial. Collodi menggambarkannya sebagai sosok yang mungkin akan memprotes ketidakadilan dan kesalahan yang dirasakan.

Sikap seperti ini mungkin cocok dengan semangat demokrasi dan keadilan sosial, tetapi pada saat yang sama, dianggap radikal karena bisa mengancam ketertiban sosial yang mapan. Dalam beberapa pandangan, keterlibatan demokratis idealnya dibatasi pada pemungutan suara berkala, tanpa perlu mengganggu keseimbangan sosial.

Demi utuhnya demokrasinya yang luhur, perlu deradikalisasi karakter Pinokio dari budaya populer barat. Wajib dijinakkan menjadi kisah sosok yang menekankan pada perlu kontrol sosial di masyarakat.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Pemkab Jember Resmi Gratiskan Parkir Jalan Wewenang Dishub
Diduga Adanya Penyelewengan Dana Pokir, Aktivis Anti Korupsi Situbondo Desak KPK Turun
Driver Ojol Demo dengan Delapan Tuntutan, Pemkab Jember akan Segera Penuhi Tuntutan Lokal
Sedot Air Muara Sungai Tanpa Ijin, DPRD Tinjau Dua Tambak di Pantai Payangan Jember
Gelar Sosialisasi 4 Pilar, Gus Rivqy Ajak Warga Jaga Nilai Kebangsaan
Wisuda Sekolah Menengah: Antara Gengsi, Tradisi, dan Edukasi
Gus Khozin Soroti Catatan Hitam Proses Demokrasi di Jember dan Dorong Revisi UU Pemilu
Anggota Komisi X DPR RI Apresiasi Buku Pengembangan SDM Modern Karya Dosen FISIP UNEJ

Baca Lainnya

Kamis, 22 Mei 2025 - 09:45 WIB

Pemkab Jember Resmi Gratiskan Parkir Jalan Wewenang Dishub

Rabu, 21 Mei 2025 - 19:07 WIB

Diduga Adanya Penyelewengan Dana Pokir, Aktivis Anti Korupsi Situbondo Desak KPK Turun

Selasa, 20 Mei 2025 - 15:00 WIB

Driver Ojol Demo dengan Delapan Tuntutan, Pemkab Jember akan Segera Penuhi Tuntutan Lokal

Minggu, 18 Mei 2025 - 17:56 WIB

Sedot Air Muara Sungai Tanpa Ijin, DPRD Tinjau Dua Tambak di Pantai Payangan Jember

Sabtu, 17 Mei 2025 - 11:00 WIB

Gelar Sosialisasi 4 Pilar, Gus Rivqy Ajak Warga Jaga Nilai Kebangsaan

TERBARU

Bupati Jember Gus Fawait saat diwawancarai (Sumber foto: Sigit)

Politia

Pemkab Jember Resmi Gratiskan Parkir Jalan Wewenang Dishub

Kamis, 22 Mei 2025 - 09:45 WIB

Historia

Menengok ulang Wajah Reformasi 1998

Rabu, 21 Mei 2025 - 12:19 WIB

Kolomiah

Ekoteologi Dan Iman Yang membumi

Selasa, 20 Mei 2025 - 20:22 WIB