Frensia.id – Bulan Puasa merupakan bulan pengujian bagi Umat Islam, agar mampu menahan diri dari sekian hal yang awalnya boleh menjadi dilarang.
Makan dan minum di siang hari di luar bulan puasa boleh, dan saat bulan puasa tiba menjadi tidak boleh, kecuali bagi mereka yang berhalangan.
Demikian juga hubungan suami istri, awalnya boleh dan sunnah, tetapi ketika bulan puasa hal ini menjadi dilarang.
Sekalipun banyak larangan dan pantangan pada bulan puasa, tetap akan menjadi nikmat bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam menjalankannya kewajiban puasa dan ibadah lainnya.
Oleh karena itu, orang yang berpuasa tidak hanya melatih daya tahan fisik dengan tidak makan dan sebagainya, tetapi juga melatih daya kesabaran psikis.
Maka, datangnya bulan puasa menjadi momentum untuk menempa diri secara fisik-lahir serta psikis-batin.
Selain itu, bulan puasa memiliki banyak momentum untuk penyempurnaan diri manusia lainnya.
Dr. Abdul Pirol, dalam bukunya, “Ramadan Ensiklopedis: Membincang Ragam Persoalan di Bulan Puasa”, menyebutkan sekian hal yang dapat dimanfaatkan maksimal selama bulan puasa oleh Umat Islam sebagai momentum untuk penyempurnaadiri.
Menurutnya, momentum bulan puasa merupakan kesempatan yang paling baik untuk meraih kembali predikat manusia sempurna di sisi Allah SWT.
Sehingga penting untuk selalu memeriksa diri, atau bertanya kepada diri sendiri tentang perjalanan hidup selama satu tahun berlalu, dari bulan puasa tahun kemarin sampai bulan puasa sekarang.
Jika kehidupan selama satu tahun ini sering melakukan hal baik, maka momentum puasa ini menjadi untuk meningkatkan diri, sekaligus mengembangkan segala potensi yang dimiliki untuk menjadi yang lebih baik.
Akan tetapi jika perjalanan tahun belakangan kurang baik, maka momentum bulan puasa ini pula menjadi ajang perbaikan diri agar kembali kepada fitrah manusia sebagai salah makhluk Allah yang paling sempurna.
Abdul Pirol, mengutip pendapat Imam Jarir al-Thabari dalam tafsirnya yang mengungkapkan manusia wajib melakukan muhasabah tentang perjalanan terdahulu dan sekarang agar bisa menjadi probadi lebih baik di masa depan.
Maka, momentum bulan puasa bisa dijadikan kesempatan untuk muhasabah sebanyak-banyaknya, salah satunya dengan melakukan i’tikaf di masjid sambil merenungi perjalanan hidup yang sudah dilalui pada tahun belakangan. Sehingga menjadi pedoman untuk menggali potensi menjalani hidup di tahun sekarang dan yang akan datang.