Al-Qur’an Kitab Pergerakan : Refleksi Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh

Frensia.id – Hari ini masih suasana hari lahir pegerakan mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang diperingati pada setiap 17 April setiap tahunnya.

Organisasi yang berbasis keislaman dan keindonesiaan ini satu-satunya organisasi yang menyatakan dirinya sebagai ‘Pergerakan’.

Konsensus sejarah pemilihan pergerakan pada PMII tidaklah kebetulan dan dan bukanlah konsensus tanpa arti. Sesuai namanya, PMII menyematkan memilih pergerakan diharapkan organisasi ini menjadi organisasi yang dinamis, terbuka, berdialektika dan terus bergerak.

Bacaan Lainnya

Rene Descartes pernah melontarkan ungkapan “Aku berpikir, maka aku”. Ungkapan ini bagus untuk menggambarkan eksistensi manusia ada dan tiadanya ditentukan ia mau berpikir atau tidak.

Namun betapapun manusia memaksimalkan pikirannya, buah pikirannya tidak dapat memberikan manfaat jika tidak ada realiasi dari pikiran itu sendiri. Betapapun gagasan/ide itu bagus, ia harus juga terbukti dalam dunia nyata.

Mirip dengan realisme bahwa segala hal yang bersifat ide akan selalu bersesuai dengan materinya, akan terbukti kalau ia dipratekkan.

ber-Fikir inilah dalam tubuh PMII diikuti dengan amal sholeh, realisasi nyata dari sebuah ide/fikir yang memberikan manfaat. Untuk menuju fikir yang amal sholeh, fikir harus diawali atau diikat dengan dzikir. Oleh karena itu ketiga-tiganya (dzikir fikir, amal sholeh) adalah gerak dalam PMII.

Ketiga gerak tersebut yang menjadi identitas dan prinsip pmii serta distingsi dengan organisasi lain. Gerak pertama dzikir, gerak kedua Fikir dan gerak ketiga amal shaleh.

Ketiga gerak tersebut sudah terekam, tertuang dalam al-Qur’an. Disinilah tidak berlebihan kiranya al-Qur’an disebut sebagai kitab pergerakan.

Al-quran menganjurkan manusia menggerakkan lisan dan hatinya untuk dzikir, al-qur’an mengajurkan atau menyindir manusia untuk menggerakkan idenya untuk berfikir dan al-qur’an juga seringkali mengajurkan manusia bergerak dengan amal sholeh.

Gerak Pertama : Dzikir

Al-Ghazali mengabarkan sebagai ikhtiar sungguh-sungguh untuk mengalihkan gagasan, pikiran dan perhatian menuju Tuhan dan akhirat. Aqil Said Siroj dalam Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, menyebutkan mengingat Allah (Dzikrullah) secara berulang-ulang dan istiqomah dengan penuh kekhidmatan akan membiasakan hati kita untuk selalu merasa dekat dan akrab dengan Allah.

Akibatnya, secara tidak disadari akan berkelanjutan dam menumbuhkan rasa cinta yang mendalam kepada Allah swt. Dimensi pertama ini adalah aspek ketaqwaan. Anjuran dzikir dalam al-qur’an tertuang dalam Q.S al-Baqarah ayat 152, 198, 200-202 dan Q.S ali Imron ayat 190.

Gerak Kedua: Fikir

Setelah menggerakkan hati dan lisan untuk menyebutkan mengigat Allah sebagai aspek ketaqwaan kepada Allah selanjutnya adalah menggerakkan atau mengoptimalkan otak untuk berfikir.

Al-Qur’an sangat banyak menyinggung mengenai berfikir ini. Al-quran menyindir dengan “laallakum tatafakkarun, apala ya’qiluun, inkuntum ta’lamun, apala ta’qiluun, apala tatadzakkarun, dll”. Ada sekitar 71 ayat ber-tag perintah untuk berfikir dan menghayati.

Seorang kader PMII harus berfikir. Wahyu pertama Nabi adalah Dzikir dan fikir. “bacalah dengan Tuhanmu yang menciptakan”. Artinya membaca dalam konteks lebih luas –berfikir–posisinya berada setelah dzikir.

Pembacaan atau berpikir harus kritis, radix dan tajam namun tidak boleh menjauhkan dari Tuhan. Intinya berfikir harus memberikan maslahat sebagai perintah Allah ber-amal shaleh.

Gerak Ketiga : Amal Shaleh

Inilah puncak dari realisasi berfikir yang diikat dengan dzikir (keimanan dan ketaqwaan). Artinya buah pikiran manusia harus membumi dan memberikan kebermanfaatan.

Keimanan harus dibuktikan dengan amal sholeh dan amal sholeh dibuktikan dengan keimanan. Al-Qur’an banyak menyuguhkan iman dan amal shaleh seperti Q.S al-Baqarah ayat 82, Q.S ali Imran ayat 57, Q.S al’Asr ayat 3, Q.S at-Tin ayat 6 dll.

Seorang kader PMII dalam menunjukkan ketakwaannya tidak hanya dengan ibadah sholat, ngaji di masjid, atau mushollah. Namun ia harus beribadah dengan aksi, turun jalan membela kaum tertindas, menggalang bantuan untu mereka yang sedang bermusibah dan bentuk amal sholeh lainnya. (*)

*Moh. Wasik (Alumni PMII Rayon UIN KHAS Jember)