Frensia.id – Siapapun pasti ingin mengisi malam Lailatul Qadar, lalu bagaimana caranya ? Dr (HC) KH. Afifuddin Muhajir memberikan cara mencari Lailatul Qadar.
Sosok kyai yang dikenal kyai Cum Intelektual Organik ini menuturkan āLailatul Qadar jangan hanya dicari di mihrab atau tiang-tiang masjid, tetapi juga di perut orang lapar, di tubuh orang telanjang, di ridha orang tua, di akhlak yang baik dan lain-lain.ā
Berikut sarah dari aforisme atau kalam hikmah dari kyai afif yang saat ini menjadi Wakil Rais ‘am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Iātikaf di Masjid
Berburu Lailatul Qadar dengan cara Iātikaf di masjid merupakan salah amalan sunnah yang dianjurkan. Iātikaf tentu boleh dilakukan kapan saja namun pada 10 terakhir ramadhan memiliki keutamaan sangat besar karena manjadi bagian piranti untuk meraih keutamaan malam lailatur qadar.
Sebagaimana jumhur ulama mengatakan malam Lailatul Qadar terjadi pada malam-malam ganjil di 10 akhir ramadhan dan kita sebagai muslim sangat dianjurkan memburunya. Sebab beribadah dimalam Lailatul Qadar sama artinya kita beribadah selama 83 tahun 4 bulan (1000 bulan).
Tidak hanya itu dalam sebuah hadis diriwayatkan HR. Ibnu Hibban bahwa āsiapa yang ingin beriātikaf bersamaku, maka beriātikaflah pada sepuluh malam terakhirā
Menyantuni Fakir Miskin
Mengisi malam Lailatul Qadar selanjutnya dengan berinfak dan bersedekah. Bersedekah pada malam Lailatul Qadar sangat dianjurkan. Jika amalan pertama Iātikaf sifatnya ibadah vertikal maka bagian kedua ini mengisi Lailatul Qadar dengan menyantuni faqir miskin.
Dari penulusuran Frensia.id dari beberapa sumber Nabi Musa pernah bermunajat kepada Tuhannya āWahai Tuhanku, aku menginginkan kasih-Mu.ā Allah Menjawab āKasih Sayang-KU bagi orang yang menyayangi orang miskin pada malam Lailatul qadarā.
Nabi Musa kemudian bermunajat āTuhan saya ingin selamat melawati jembatan Ash-Shirath.ā Allah menjawab ākeselamatan itu untuk orang yang memberikan sedekah pada malam Lailatul Qadarā
Menutupi Aib Orang
Pesan Selanjutnya dari KH. Afifuddin Muhajir mencari lailatul qadar ādi tubuh orang telanjangā wasiat ini mirip dengan wejangan ke empat dari empat wasiat Sunan Drajat.
Keempat wasiat sunan Drajat itu dikenal dengan catur piwulang wajib salah satu pesannya āwenohono sandang marang wong kang wudo (berilah pakaian pada orang yang telanjang)ā.
Maksud dari pesan ini sebagaimana ceramah Prof. Dr. KH. Ahmad Imam Mawardi ā salah satu santri kyai AfIfuddināadalah menutupi aib orang lain. Artinya pada malam Lailatul Qadar tidak sudah masih menggibah orang lain dan tentu ini harus menjadi spirit dalam laku kehidupan tidak hanya pada malam Lailatul Qadar saja.
Mencari Ridho Orang Tua
Mencari malam Lailatul Qadar selanjutnya dengan mencari ridho orang tua. Inilah puncak menurut hemat penulis sebab ridho Allah ada pada ridho orang tua.
Artinya kita kurang tepat jika hanya berfokus Iātikaf di masjid misalnya namun pada malam-malam ramadhan tidak meminta ridho orang tua, minimalnya minta maaf dan ridhonya pada malam Lailatul Qadar.
Bagi orang tua yang sudah wafat cara mengharapkan ridho orang tua dengan mendokan dan bersedekah atas nama orang tua yang sudah wafat.
Berbuat baik
Mengisi malam Lailatul Qadar juga bisa diisi dengan berbuat baik. Berbuat baik dengan memberi bantuan orang lain, bertanggungjawab dengan mencari nafkah, merawat saudara, famili yang sedang sakit dan sebagainya.
Sebab tidak bisa pungkiri di malam-malam ganjil ramadhan pasti ada sebagian muslim yang keluarganya sakit, atau sedang berdagang atau bekerja dimalam hari untuk kebutuhan keluarga.
Tentu mereka tidak bisa i’tikaf di masjid namun dengan berbuat baik serta diniatkan ibadah untuk mengisi malam Lailatul Qadar insyaallah juga memperoleh kemuliaannya.