Kesepian, Penyebab Besar Pengidap Kanker Menemui Ajalnya

Kesepian, Penyebab Besar Pengidap Kanker Menemui Ajalnya
Gambar Kesepian, Penyebab Besar Pengidap Kanker Menemui Ajalnya (Sumber: Canva)

Frensia.id- Kesepian, ternyata memang sangat berpengaruh pada kesembuhan para pengidap kanker. Isolasi sosial pada pengidap kanker cepat menemui ajalnya.

Hal ini sebagaimana ditemukan oleh pakar peneliti kesehatan, Jingxuan Zhao dan rekan-rekannya. Hasil penelitian mereka telah diterbitkan pada tahun 2023 kemarin di Asco Publication.

Kesepian, sering kali dianggap sebagai perasaan subjektif terisolasi dari orang lain. Kondisi ternyata memiliki dampak yang jauh lebih luas daripada sekadar tidak nyamanan emosional.

Bacaan Lainnya

Hasil riset Zhao dan teman-temannya melihat bahwa kesepian dapat berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan serius, termasuk penyakit jantung, gangguan kesehatan mental. Bahkan bisa saja menyebabkan kematian dini.

Mereka fokus mengkaji hubungan kesepian pada penyintas kanker. Mereka menghubungkan kesepian dan risiko kematian di kalangan pengidap kanker di Amerika Serikat.

Data yang digunakan dan dikaji berasal dari Studi Kesehatan dan Pensiun, survei longitudinal yang dilakukan dua kali setahun antara 2008 dan 2018 hingga akhir 2020. Usia yang diteliti, 50 tahun ke atas. Mereka dikategorikan dalam empat kelompok berdasarkan tingkat kesepian mereka: rendah/tidak ada, ringan, sedang, dan tinggi.

Melalu analisis model hazard proporsional Cox yang bervariasi dari waktu ke waktu, mereka mengkaji kesepian dan hubungannya dengan risiko kematian sekaligus sambil mempertimbangkan berbagai faktor sosiodemografi dan kesehatan lainnya.

Setalah dilakukan kajian mendalam, ternyata, di antara 5808 orang, terdapat 724 kematian selama proses penelitian. Jadi pengidap kanker dengan tingkat kesepian yang tinggi memiliki risiko kematian yang jauh lebih besar dibandingkan dengan mereka yang merasa kesepian rendah atau tidak sama sekali.

Secara khusus, kelompok dengan kesepian tinggi menunjukkan rasio hazard tertinggi, yakni HR: 1,90, 95% CI: 1,58-2,29. Artinya mereka memiliki hampir dua kali lipat risiko kematian dibandingkan kelompok kesepian rendah.

Bahkan setelah memperhitungkan faktor-faktor lain seperti jenis kelamin, status perkawinan, pencapaian pendidikan, dan jumlah kondisi kesehatan lain, risiko kematian, angkanya tetap lebih tinggi yakni, HR: 1,71, 95% CI: 1,39-2,12. Tambah jelas bahwa memang kesepian bukan hanya masalah emosional tetapi juga memiliki dampak kesehatan yang nyata dan serius.

Penyintas kanker, yang sudah menghadapi stres dan tantangan kesehatan yang besar, tampaknya menjadi lebih rentan terhadap efek merugikan dari kesepian. Karena hal tersebut, para peneliti melihat bahwa dukungan sosial memainkan peran penting dalam kesejahteraan pengidap kanker.

Oleh karena itu, penting untuk menyaring tingkat kesepian di antara penyintas kanker secara sistematis. Perlu ada program yang dirancang untuk mendeteksi dan mengatasi kesepian dapat memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan agar dapat membantu mengurangi risiko kematian.

Mereka menyarankan, perlunya intervensi seperti kelompok dukungan sosial, konseling, dan inisiatif komunitas dapat membantu pengidap kanker merasa lebih terhubung dan kurang terisolasi.

Dengan memahami dan mengatasi kesepian, mereka dapat meningkatkan kualitas hidup dan hasil kesehatan bagi individu yang telah berjuang dengan kanker. Bersyukur jika penyakitnya bisa sembuh. (*)