Lagu “Badut” Iwan Fals, Disebut Akademisi Menggunakan Bahasa Sarkasme

Lagu “Badut” Iwan Fals, Disebut Akademisi Menggunakan Bahasa Sarkasme
Ilustrasi Lagu “Badut” Iwan Fals, Disebut Akademisi Menggunakan Bahasa Sarkasme (Sumber Canva)

Frensia.id- Lagu Iwan Fals dikenal banyak mengandung kritik sosial. Bahkan diantaranya oleh akademisi diidentifikasi menggunakan lirik-lirik yang terkesan masuk sebagai sarkasme.

Misalnya, beberapa akademisi yang berasal dari Universitas Muhammadiyah (UNMUH) Pringsewu, Lampung. Septika Andrea,  Rr Dwi Astuti, dan Izhar menemukan adanya kesan sarkasme pada lirik lagu yang berjudul “Badut”.

Lagu “Badut” sendiri diciptakan oleh tiga orang, yakni Iwan Fals dan dua rekan musisinya bernama Sawung Jabo dan Naniel Yakin. Lagu ini dipopulerkan pada tahun 1989 dalam album Swami 1.

Bacaan Lainnya

“Badut” berkumpul dengan lagu-lagu populer lain Iwan Fals yang juga sama-sama mengandung banyak kritik. Beberapa yang populer seperti “Bongkar” dan “Bento” juga ada dalam satu album.

Dari sekian lagu pada album tersebut, yang disebut-sebut memakai bahasa sarkasme adalah “badut”. Hal ini sebagaimana dipaparkan oleh tim peneliti akademisi UNMUH Lampung yang telah dipublis dalam Reduplikasi Journal Universitas Gorontalo pada tahun 2023 kemarin.

Menurut mereka liriknya sangat unik dan memiliki makna yang sarkas, karena memuat kritik yang menganggap penguasa bertingkah layaknya badut. Pada setiap liriknya, Iwan Fals menggunakan gaya bahasa sarkasme untuk menyindir para pemimpin yang korup dan tidak peduli dengan kesejahteraan rakyat.

Melalui lagu ini, para pendengar dapat mendapatkan pemahaman bahwa pemimpin sudah tampil layaknya badut. Mereka hanya mementingkan penampilan dan hiburan, tanpa memberikan perhatian yang serius terhadap masalah-masalah nyata yang dihadapi oleh masyarakat.

Bait demi bait dapat dikatakan telah menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan ketidakpedulian pemerintah. Bahkan telah dikatakan mampu menggugah kesadaran masyarakat untuk lebih kritis terhadap pemimpin mereka.

Gaya bahasa yang mereka sebut sarkasme dalam lagu nyinyir ini, adalah karena memiliki makna yang tendesius dan menyindir para pemimpin korup dan tidak peduli dengan rakyat. Sarkasme dalam liriknya diwujudkan melalui penggunaan kata-kata, kalimat, dan ungkapan yang mengandung makna ironi, sindiran, dan ejekan.

Walaupun demikian mereka menganggap sarkasme tersebut tidak salah, sebab merupakan bentuk kritik sosial yang efektif.

Dengan menggunakan gaya bahasa sarkasme, lagu ini berhasil dan efektif menyampaikan pesan moral kepada masyarakat tentang pentingnya melawan korupsi dan menuntut keadilan.