Frensia.id – Lawan kekuatan money politik atau politik uang salah satu pasangan calon pada Pilkada Sumenep 2024, Istighasah Akbar diwarnai dengan senandung tolak politik uang.
“Jhe’ repngarep pessenah Calon, Moge epareng rejekeh laen” (Jangan berharap uang dari calon (calon bupati, red), semoga diberikan rizki), lantun peserta istighasah dengan antusias ala shalawat Madura viral Kiai Kholil As’ad Situbondo, pada Jumat (15/11/2024)
Pasalnya, pasangan calon usungan koalisi gemuk di Sumenep yang disindir, didukung oleh legislatif peraih suara terbanyak nasional, dan dikenal dengan kekuatan keuangannya sering memenangkan kontestasi politik pada jenis semua jenis Pemilu.
Sehingga, tak heran jika masyarakat Sumenep penuh emosi dengan kompak melantunkan lagu demikian. Bahkan, beberapa kelompok jamaah memplesetkan lirik dengan, “Jhe’ repngarep pessenah Sa’id, moge epareng rejekeh laen”.
Emosi jamaah juga disulut dengan mendadak dicabutnya izin yang semula akan digelar di Masjid Jamik Sumenep.
Acara yang digelar dalam rangka haul masyayikh, syuhada’ dan pendiri Kabupaten Sumenep itu akhirnya berangsung dengan khidmat di depan Kantor Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
“acara ini seharusnya dilaksanakan di depan Masjid Jamik, tapi izin dicabut mendadak, sehingga tempatnya sangat terbatas, tetapi yang hadir tetap banyak,” ucap Ahmad Irfan, salah satu undangan yang hadir.
Menurutnya, sesaat sebelum Istighasah Akbar digelar panitia memperkirakan jamaah hadir sudah mencapai 30 ribu orang.
Hadir sebagai pemimpin sholawat, KH. Muhammad Ali Syakir beserta anggota Majelis Al-Mahabbah Sholawat Nariyah (Shonar) Pornama pimpinannya.
Sebagai informasi dari lirik yang diplesetkan, “Sa’id” yang dimaksudkan oleh para jamaah ialah M.H Said Abdullah, anggota DPR-RI XI Jatim dari PDI-Perjuangan, dan sangat maklum memiliki kekuatan finansial yang besar untuk memenangkan calon bupati dukungannya.
Oleh karena itu, KH. Muhammad Salahuddin A. Warits dalam sambutannya menghimbau jamaah untuk bersabar dengan sungguh-sungguh dalam memilih pemimpin.
“se gun polanah andhi’ pesse, ampon ja’ pateh bu-ambuwagi mon gun andhi’ pesse, ampon mun tak andhi’ kemampuan” (kalau hanya punya uang, jangan dipilih, kalau tidak memiliki kemampuan), tegas kiai yang akrab disapa Ra Mamak itu.
Menurutnya, hal tersebut akan melahirkan pemimpin yang hanya akan bermain-main (dalam hal kebijakan dan anggaran, red).