Mentuhankan Tuhan Bukan Mentuhankan Ramadhan

Frensia.id – Ramadhan teleh usai dan hari ini umat Islam masih menikmati suasana idul fitri. Sebagai bulan yang ada limitasi waktu seperti bulan-bulan lainnya ramadhan akan bertemu titik akhir dan akan berakhir.

Suasana ramadhan sudah tidak dijumpai lagi, hilir jamaah tarawih pulang pergi ke masjid, mushollah untuk tarawih sudah tidak terlihat lagi, suara tadarus di sore dan dimalam hari ramadhan juga tidak terdengar.

Tidak satupun ingin melewati ramadhan begitu saja, mereka berusaha mengisinya dengan terbaik dengan cara mereka masing-masing. Ada yang mengisinya dengan qiyamul lail, ada yang memperbanyak hataman al-qur’an, ada mereka yang mengisi dengan sedekah.

Begitupula mereka yang bekerja malam hari yang mungkin tidak ada waktu qiyamul lail, tadarus dan sebagainya mereka tentu lebih giat bekerja. Sebagai upaya untuk nafkah keluarga dan persiapan idul fitri.

Artinya semua umat islam dari semua unsur dengan bebagai profesi ingin beribadah di bulan ramadhan yang penuh keberkahan. Hal yang penting dan perlu kita ingat dan sadari sebagai umat Islam adalah tidak hanya di bulan ramadhan yang memiliki semangat ibadah semacam itu.

Kita perlu sadar dan menyadari bahwa kita adalah hamba Allah bukan hamba ramadhan, tuhan kita adalah Allah bukan bertuhan pada ramadhan. Semangat beribadah di bulan ramadhan tentu harus sama di bulan-bulan yang lain.

Jalaluddin Rumi, seorang filsuf, pujangga, yuris mengingatkan hal itu bahwa “Tuhan yang kau sembah di bulan ramadhan adalah tuhan yang sama yang kau jauhi di bulan-bulan sebelumnya”.

Aforisme Rumi ini mengingatkan kita yang terkadang menjauhi Tuhan dalam arti ibadah kita tidak semaksimal pada saat bulan ramadhan. Cenderung menjauhi tuhan di bulan-bulan selain ramadhan padahal jelas Tuhan yang kita sembah di bulan ramadhan dan diluar bulan ramadhan adalah Tuhan yang sama, Allah swt.

Jika cara beribadah kita masih cenderung terlalu mengistimewakan ramadhan dan ibadah di bulan lainnya biasa-biasa saja, bisa jadi kita menghamba kepada ramadhan bukan Allah swt. Mentuhankan Ramadhan bukan mentuhankan Tuhan.

Dikutip dari Imam Ibnu Rajab al-Hambali dalam Lahta-iful ma’aarif disebutkan Imam Bisyr bin al-Harits pernah ditanya mengenai orang-orang yang hanya rajin dan sungguh-sungguh beribadah di bulan ramadhan.

Ia menjawab bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat buruk, karena mereka tidak mengenal hal Allah kecuali hanya di bulan ramadhan. Hamba Allah yang saleh adalah orang yang rajin dan sungguh-sungguh beribadah dalam setahun penuh.

Dengan demikian menjadi jelas, sebagai hamba Allah dan bukan hamba ramadhan harus selalu menjadi hamba-Nya di setiap tempat dan waktu bukan hanya di waktu dan tempat tertentu.

Tuhankanlah Tuhan (Allah swt), bukan mentuhankan ramadhan.