Frensia.id- Perjanjian Baljuna menjadi peristiwa penting bagi Jenghis Khan dan pasukan rekrutannya setelah sumpah yang dianggap sangat puitis itu diucapkan, merepresentasikan perasaan kekalahan dan posisi paling mengenaskan kala itu.
Atas dasar kebersamaan dalam konteks titik terendah sang pemimpin besar bangsa Mongol yang paling legendaris tersebut, dengan disaksikan oleh sisa-sisa loyalisnya yang masih hidup, mengucapkan sebuah sumpah.
“jika aku berhasil menyelesaikan ‘pekerjaan besar’, maka aku akan berbagi suka dan dukanya dengan kalian. jika aku melanggar perkataan ini, maka biarkan aku menjadi seperti sungai ini, diminum oleh orang lain”.
Sumpah itu diucapkan setelah kekalahannya yang cukup tragis. Hasrat akan kekuasaannya yang berusaha untuk mencaplok dominasi suku Kereit dibawah kepemimpinan Thogrul ternyata ketahuan.
Hal tersebut bermula saat Jenghis Khan menawarkan aliansi dengan cara pernikahan antara keluarganya dan keluarga Thogrul.
Siyasat yang kiranya cukup taktis tersebut dicium oleh salah satu putra Thogrul yang bernama Senggum. Akhirnya secara diam-diam, tanpa sepengetahuan Jenghis Khan mereka melancarkan sebuah serangan dan penyergapan dua kali selama berturut-turut.
Jenghis Khan dan bala tentaranya terpojok dan dapat dikalahkan secara total di gurun pasir Qalaqalijid. Thogrul sendiri tidak mempunyai keinginan untuk membunuhnya dan membiarkannya pergi ke Baljuna.
Baljuna merupakan sebuah sungai atau danau yang tidak dikenal di tenggara Mongolia. Nasib sial yang menimpanya tersebut, kira-kira disertai oleh 2600 atau 4600 orang prajurit saja.
Jenghis Khan yang kelaparan kemudian menangkap seekor kuda liar yang kebetulan lewat dan meminum air berlumpur dari sungai yang dikenal dengan nama Baljuna tersebut. Kemudian mengucapkan sumpah.
Mereka yang ikut serta di Baljuna kelak akan dikenal dengan sebutan Baljunatu yang berarti orang Baljuna atau Peminum Air Berlumpur.
Setelah Jenghis Khan meraih kegemilangan dalam karir politiknya, para Baljunatu memperoleh gelar yang cukup prestisius di bawah tampuk kepemimpinan Khan Agung tersebut.
sumpah Baljuna yang diucapkan oleh Jenghis Khan dapat diartikan sebagai titik tolak seseorang untuk mengambil keputusan dalam hidupnya akan dua hal, menyerah dalam arus sejarah atau bangkit untuk membuat sejarah dirinya yang baru, setelah kehancuran hebat tak terperikan yang menimpa.
Dapat dilihat kiranya, Jenghis Khan memilih opsi kedua. Ia tidak tinggal diam untuk menerima nasib tragis yang menimpanya, melainkan meneguhkan keyakinan dirinya dan segala kemampuan yang tersisa untuk kembali memabangun rencanya yang sempat gagal.