Frensia.id – Selingkuh Itu Indah, sebuah kumpulan cerpen karya Agus Noor, menjadi salah satu karya sastra yang mampu mengundang berbagai reaksi pembaca.
Buku ini berisi 15 cerita yang menawarkan kisah-kisah tentang cinta, pengkhianatan, dan ironi kehidupan rumah tangga. Beberapa judul cerpen seperti Pulang, Kupu-kupu Kuning Kemilau, dan Dongeng Hitam buat Kekasih memperlihatkan gaya puitis Agus Noor yang sering membaurkan realitas dengan surealisme.
Namun, cerpen yang menjadi judul buku ini, Selingkuh Itu Indah, menyuguhkan kisah yang tidak hanya kontroversial tetapi juga mengejutkan.
Cerpen ini menggambarkan hubungan dua sahabat sekantor yang saling berbagi filosofi unik tentang perselingkuhan. Hendro, yang sudah berpengalaman dalam urusan selingkuh, dengan percaya diri membela tindakannya sebagai bagian dari “bumbu pernikahan.” Ia bahkan mengklaim bahwa perselingkuhannya membuat rumah tangganya tetap harmonis.
Menurut Hendro, usaha menjaga rahasia perselingkuhan justru mendorongnya untuk memuliakan istrinya. Ia memberikan perhatian dan kasih sayang lebih besar, sehingga sang istri merasa istimewa dan tidak pernah curiga. Filosofi ini, meskipun terkesan absurd, berhasil mengubah pandangan sahabatnya, Agus, yang awalnya setia dan polos.
Tergoda oleh cerita Hendro, Agus akhirnya mencoba selingkuh dan mendapati pengalaman tersebut memberikan warna baru dalam hidupnya. Ia pun mulai memperlakukan istrinya dengan lebih baik, seperti yang dilakukan Hendro.
Namun, seperti cerita-cerita Agus Noor lainnya, plot twist menjadi kunci daya tarik cerpen ini. Pada akhirnya, Agus mendapati bahwa selama ini, istrinya ternyata berselingkuh dengan Hendro, sahabatnya sendiri.
Kisah ini ditutup dengan rasa ironi yang menohok, meninggalkan pembaca dalam kebingungan antara simpati dan keterkejutan.
Agus Noor, dengan kepiawaiannya, memotret perselingkuhan bukan hanya sebagai tindakan pengkhianatan tetapi juga sebagai fenomena yang rumit dan penuh paradoks.
Dalam cerpen ini, ia membawa pembaca menjadi pelaku sekaligus korban, membuat mereka merenungkan batas-batas moralitas, cinta, dan komitmen dalam pernikahan.
Selain Selingkuh Itu Indah, Agus Noor juga dikenal melalui karya-karya lain seperti Memorabilia, Rendezvous (Kisah Cinta yang Tak Setia), dan Bapak Presiden yang Terhormat. Karyanya kerap menghiasi berbagai antologi sastra seperti Cerpen Pilihan Kompas dan Kitab Cerpen Horison Sastra Indonesia.
Penghargaan demi penghargaan pun diraihnya, termasuk sebagai cerpenis terbaik pada Festival Kesenian Yogyakarta 1992 dan Anugerah Cerpen Indonesia dari Dewan Kesenian Jakarta.
Agus Noor tidak hanya menghasilkan cerita yang memikat tetapi juga memprovokasi cara pandang pembaca. Ia menawarkan refleksi mendalam tentang dinamika kehidupan, menyajikan kompleksitas hubungan manusia dengan pendekatan puitis dan sering kali tragis.
Melalui karyanya, pembaca tidak hanya dibawa menyelami cerita tetapi juga diajak mempertanyakan nilai-nilai yang selama ini diyakini.
“Selingkuh Itu Indah” adalah bukti kemampuan Agus Noor dalam meramu cerita yang ironis namun tetap memikat. Di satu sisi, ia mengajak kita tersenyum dengan absurditas kehidupan; di sisi lain, ia memaksa kita merenungi konsekuensi dari pilihan-pilihan manusiawi.
Sebuah karya yang tidak hanya memikat tetapi juga membuat pembaca terus memikirkannya jauh setelah cerita usai.