Viral Buku Namaku Alam Karya Laela S. Chudori, Berikut Alasannya

Minggu, 25 Februari 2024 - 14:04 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id – Kemarin sempat di platform sosial media X viral buku karangan Laela S. Chudori berjudul Namaku Alam. Judul dari buku ini diangkat dari salah satu nama sosok aktivis yang dalam novel tersebut menjadi tokoh utama.

Buku Namaku Alam sebenarnya merupakan buku serie kedua karya Chudori, adapun buku pertamanya berjudul pulang. Jadi buku yang viral ini merupakan kelanjutan cerita dari novel pulang.

Dalam buku yang viral di X, Chudori menceritakan tokoh Segara Alam, anak dari Surti Anandari dan Alm. Hananto Prawiro yang merupakan eks tapol 1965.

Berbeda dengan karangan berjudul Pulang yang hanya mengenalkan karakter Alam dengan sekilas di bagian akhir, dalam buku keduanya, Alam karakter Alam khusus menceritakan kehidupan karakter Alam dengan latar tahun 1965-1982.

Buku ini berusaha mengungkap kehidupan keluarga Alam yang adalah keluarga eks PKI. Kehidupan keluarganya mendapat stigma buruk dari masyarakat, dari perlakuan masyarakat ini kemudian membentuk karakter seorang Segara Alam.

Baca Juga :  Buku Keren! Mengkaji Filsafat Spiderman

Perlakuan diskriminatif terhadap keluarga eks PKI memang masih terjadi saat era orde baru seperti yang menjadi latar dalam buku novel karya Chudori. Hal ini sebagaimana penelitian Abdul Munif Anshri dan Syahwal yang berjudul “Potret Hukum Diskriminatif Orde Baru: Tinjauan Hukum dan Politik atas Diskriminasi Terhadap Eks Tahanan Politik PKI”.

Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa diskriminasi terhadap keluarga eks PKI atau eks tahanan politik Partai Komunis Indonesia (PKI) selama rezim otoritarian Orde Baru berkuasa didukung dan dilindungi oleh hukum perundang-undangan.

Baca Juga :  Dituding Adanya Pungutan Pada Sekolah di Jember, Begini Tanggapan MKKS SMK Swasta Kabupaten Jember

Selain itu, viralnya buku karya Chudori ini karena relevan dengan kondisi politik di momentum pemilu kemarin. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya warganet yang mengutip bagian isi dari buku yang relevan dengan realita politik.

Misalnya ada salah satu cuitan di X yang menarik, yakni cuitan akun Literary Base. Cuitan yang mengutip isi buku begini bunyinya, “Bukan aku takut karena sosok mereka, tetapi karena kedunguannya suatu saat bakal menguasai Indonesia. Bukankah banyak orang dungu di negara berkembang yang justru jadi pemimpin atau pejabat tinggi?”

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Pandangan Plato Mengenai Swasembada
Tentang Protes RUU TNI, Komentar Deddy Corbuzier Dianggap Keliru
Apa Peranan Tentara Apabila Tidak Ada Perang? Begini Penjelasan Pakar Politik Militer
Akademisi Jadi Budak Politisi: Hilangnya Marwah Perguruan Tinggi
Dituding Adanya Pungutan Pada Sekolah di Jember, Begini Tanggapan MKKS SMK Swasta Kabupaten Jember
Sekolah Tiga Bahasa Rukun Harapan Jember: Jodoh Perjuangan Gus Dur dengan Pendiri Yayasan
Dibarengi Prof. Babun Soeharto, Mantan Menpora Sebut Stadion Bola UIN KHAS Rumputnya Bagus
Luluskan 12 Mahasiswa Disabilitas, Wujud Nyata Inklusivitas di Kampus UNIPAR Jember

Baca Lainnya

Senin, 24 Maret 2025 - 20:45 WIB

Pandangan Plato Mengenai Swasembada

Minggu, 23 Maret 2025 - 19:15 WIB

Tentang Protes RUU TNI, Komentar Deddy Corbuzier Dianggap Keliru

Jumat, 21 Maret 2025 - 11:12 WIB

Apa Peranan Tentara Apabila Tidak Ada Perang? Begini Penjelasan Pakar Politik Militer

Selasa, 18 Maret 2025 - 00:31 WIB

Akademisi Jadi Budak Politisi: Hilangnya Marwah Perguruan Tinggi

Minggu, 16 Maret 2025 - 23:04 WIB

Dituding Adanya Pungutan Pada Sekolah di Jember, Begini Tanggapan MKKS SMK Swasta Kabupaten Jember

TERBARU

pandangan Plato mengenai swasembada

Educatia

Pandangan Plato Mengenai Swasembada

Senin, 24 Mar 2025 - 20:45 WIB