Frensia.id- 3 fakta pesantren di Madura dianggap paling ideal sebagai bangunan ideal moderasi beragama. Ketiganya ditemukan oleh peneliti Institut Agama Islam (IAIN) Madura.
Ada dua akademisi dari IAIN Madura, Zainuddin Syarif dan Abd Hannan, berupaya mengungkap kuatnya bangunan budaya moderasi di Madura. Budaya ternyata tidak dapat dipisahkan dari peran pesantren-pesantren yang cukup banyak dan memiliki pengaruh yang besar.
Temuan penelitian mereka telah disusun dalam bentuk jurnal. Bahkan, naskahnya sudah diterbitkan dalam jurnal Islamica pada tahun 2020.
Dalam dua peneliti tersebut, budaya sosial masyarakat Madura turut dibentuk oleh eksistensi kreativitas lokal yang berpadu dengan religiusitas. Salah satunya, tentu adalah Pesantren. Sebagai lembaga agama, sangat memiliki pengeruh besar pada bangunan kebudayaan masyarakat Madura.
Baginya, pesantren memainkan peran penting dalam mengukuhkan nilai-nilai keagamaan dan sosial. Tokoh-tokoh keagamaan, seperti kiai dan ustadz, dihormati dan dianggap sebagai panutan.
Bahkan tidak hanya sebagai tempat pendidikan agama, pesantren juga tetapi sumber bahkan dapat disebut juga inisiator pengembangan budaya dan moral. Pesantren membantu membentuk karakter masyarakat yang religius dan berakhlak, serta menjaga tradisi dan kearifan lokal.
Setidaknya ada tiga fakta, yang menguatkan pesantren di Madura dianggap tempat paling tepat dan ideal dalam proses pengembangan moderasi beragama.
Berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU)
Pesantren di Madura memiliki kedekatan yang erat dengan NU, sebuah organisasi masyarakat yang dianggap telah selesai mempertemukan semangat agama dan negara. Kedekatan ini memberikan warna tersendiri bagi kultur keislaman masyarakat Madura.
Sebagaimana diketahui secara umum, bahwa NU mengusung empat prinsip utama, yaitu al-‘adālah (keadilan), al-tawassut (moderasi), al-tawāzun (keseimbangan), dan al-tasāmuh (toleransi). Prinsip demikian juga ada di pesantren.
Memiliki Ritiualitas Khas Kreativitas Lokal
Pesantren di Madura dikenal sebagai penyemai benih moderasi Islam. Bukti konkretnya adalah adanya konstruksi keagamaan yang lekat dengan realitas keaslian daerah.
Aktivitas keagamaan di pesantren seperti salawatan, bersenjih, manaqiban dan lain sebagainya menunjukkan perpaduan antara ajaran Islam dan budaya lokal. Praktik-praktik ini tidak hanya memperkaya kehidupan spiritual santri tetapi juga memperkuat hubungan mereka dengan tradisi lokal masyarakat.
Kultur Hirarki Pesantren Yang Khas
Di lingkungan pesantren Madura, kiai tidak hanya menjadi simbol kedalaman pengetahuan dan religiusitas dalam beragama. Akan tetapi, ia juga sosok yang hadir dari kearifan lokal yang sangat penting.
Kiai berperan dalam memproduksi dan mereproduksi bangunan moderasi Islam. Penghormatan dan pengakuan pada kiai menciptakan kultur hierarki yang akhirnya juga mendukung kuatnya moderasi agama di Madura.