Frensia.id – To Lam, Sekjen Partai Komunis Vietnam, menyerukan persatuan dan inovasi sebagai kunci mempertahankan kedaulatan serta membawa Vietnam menjadi bangsa yang maju dan beradab.
Pesan To Lam ini sebagaimana termuat dalam artikel bertajuk “Vietnam Satu, Rakyat Vietnam Satu”, yang terbit pada Minggu 27 April 2025.
Menurutnya, reunifikasi dan kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan, melainkan awal dari pembangunan negara yang damai, makmur, berperadaban, dan berkelanjutan.
“Jika generasi sebelumnya mengukuhkan kebenaran ‘Vietnam satu, rakyat Vietnam satu’ melalui pengorbanan dan darah, maka tugas generasi kini adalah mengubah idealisme itu menjadi kekuatan pembangunan dan sayap untuk membawa bangsa melesat di era baru,” tulis To Lam.
Ia menegaskan, semangat reunifikasi yang dulu menjadi tekad melawan penjajahan, kini harus diwujudkan sebagai determinasi politik, keberanian berinovasi, dan aksi nyata untuk mempertahankan kedaulatan, memacu ekonomi, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pemimpin Vietnam itu menekankan pentingnya membangun kebanggaan nasional dan kepercayaan terhadap masa depan bagi seluruh warga, di dalam maupun luar negeri.
“Di dunia yang penuh gejolak, Vietnam harus tetap tenang, tidak terbawa arus konflik geopolitik, atau lengah terhadap ancaman global,” ujarnya.
To Lam mengingatkan bahwa setiap titik balik perjuangan dan sejarah bisa menjadi peluang atau bencana bagi negara kecil, tergantung pada kekuatan fondasi internal.
Sebagai bangsa yang mencintai perdamaian, Vietnam tidak pernah mencari perang. Namun, ia mengingatkan, Jika musuh memaksa kita mengangkat senjata, kita akan kembali menang.
Untuk itu, pembangunan ekonomi mandiri, sistem pertahanan modern berbasis partisipasi rakyat, birokrasi yang efisien, serta masyarakat berbudaya dan manusiawi menjadi prioritas.
“Kekuatan bangsa terletak pada kolaborasi seluruh elemen, termasuk diaspora Vietnam yang menyebar di lima benua,” tambahnya.
Di era digital dan transformasi hijau, To Lam menyerukan pemikiran progresif dan model pembangunan baru.
“Sejarah membuktikan Vietnam tidak pernah takut pada kesulitan. Pertanyaannya, apakah kita punya tekad mengubah tantangan jadi peluang?” tulisnya.
Generasi muda Vietnam, dari pelajar hingga pengusaha, disebutnya sebagai penerus warisan leluhur yang wajib memastikan bangsa tidak tertinggal atau kehilangan momentum sejarah.
“Setiap langkah hari ini harus pantas dengan darah dan air mata generasi pendahulu. Kepentingan bangsa dan rakyat harus di atas segalanya,” tegasnya.
Vietnam, dengan tradisi ribuan tahun mempertahankan kedaulatan, generasi muda berbakat, dan visi ekonomi hijau berkelanjutan, diproyeksikan mampu menguasai takdirnya sendiri di abad ke-21.
“Abad ini adalah milik bangsa yang berdaulat atas masa depannya. Dengan persatuan dan pelajaran sejarah, Vietnam akan terus menorehkan kejayaan baru,” tutup To Lam.
Artikel ini menegaskan komitmen Hanoi memadukan nilai-nilai sosialis dengan pembangunan berorientasi pasar, reformasi birokrasi, dan diplomasi mandiri di tengah polarisasi global.
Analis menilai pesan To Lam mencerminkan strategi Vietnam menjaga keseimbangan antara modernisasi dan stabilitas politik, sambil memperkuat peran sebagai aktor regional yang resilien.