Frensia.Id- Di usaha perikanan budidaya, saya meneguhkan tekad untuk berbudidaya besar-besaran terutama di ikan yang bernilai mahal. Saya menolak untuk terjun ke usaha perikanan tangkap.
Saya memutuskan fokus ke perikanan budidaya, memasang keramba di laut dan menata alam laut. Perjalanan saya ke Singapura kali ini merubah paradigma berfikir saya tentang konsep usaha di laut.
Pertama usaha perikanan budidaya bisa dilakukan besar-besaran. Kedua sambil berbudidaya selaras berjalan dengan usaha ikan tangkap tanpa merusak habitat laut.
Seorang pengusaha Singapura yang memiliki bisnis perikanan nudidaya di Bali Indonesia serta menjalankan usaha ikan tangkap dari Bali dan Batam yang menggugah, dan kemudian mengubah paradigma berfikir saya.
Saya tidak perlu menyebutkan namanya, dia Warga asli Singapura dengan darah campuran Melayu, Vietnam, China, dan India. Dia sudah lama berbisnis perikanan budidaya dan perikanan tangkap di Indonesia, tepatnya di Bali dan Batam.
Kemarin sore bertempat di Cafe Ginger Lily lantai 5 Hilton Singapore Orchard, kami berbincang panjang tentang betapa hebatnya perikanan Indonesia menghidupi dan hadir di meja-meja makan ratusan juta rumah serta restoran di seluruh dunia, Amerika, Eropa, serta Asia.
Mendengarkan cerita itu saya semakin bahagia dan bangga menjadi Indonesia.
Mas Lilur, kalau mengandalkan budidaya memang bagus untuk menata dan mengatur volume transaksi serta menjaga kelestarian, tapi berbisnis ikan tangkap juga tidak merusak lingkungan.
Saya bersedia membantu menjualkan lobster Mas Lilur baik hasil budidaya dan hasil tangkap, begitu juga saya bersedia membeli dan atau menjualkan kepiting bakau, ikan sunu, ikan kerapu budidaya maupun tangkap.
Silahkan Mas Lilur lihat budidaya perikanan saya di Bali, mari kita bekerjasama, saya juga sedang menyiapkan perusahaan perikanan saya untuk IPO di bursa Singapura, saya berharap bisa bekerjasama dengan Mas Lilur.
Dua jam kami berbincang, lalu kami sudahi perbincangan kami dengan satu kesepakatan. Saya akan survei lokasi perikanan budidayanya pada medio Agustus di Bali bersama dia setelah dia pulang dari Belanda dan saya kembali dari Afrika.
Kami berkomitmen dengan satu hal, dia bersedia membeli dan atau menjualkan dalam bingkai kerjasama ikan tangkap yang akan segera saya lakukan.
Kemarin sore di Singapura, saya membuat satu keputusan, memulai ekspor perikanan tangkap.
Semoga Bandar Laut Dunia Grup (Balad) Grup mampu membawa Indonesia menjadi kiblat usaha perikanan dunia dengan menjadi tuan sendiri di negeri sendiri di Nusantara.
Opin: Oleh Owner Balad Grup, HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy