Sentil Gagasan Ibnu Atha’illah, Prof Inung Beri Arahan Penguatan Mutu Birokrasi UIN KHAS Jember

Sabtu, 13 Juli 2024 - 15:28 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Sentil Gagasan Ibnu Atha'illah, Prof Inung Beri Arahan Penguatan Mutu Birokrasi UIN KHAS Jember (Sumber: Grafis Istimewa)

Gambar Sentil Gagasan Ibnu Atha'illah, Prof Inung Beri Arahan Penguatan Mutu Birokrasi UIN KHAS Jember (Sumber: Grafis Istimewa)

Frensia.id- Sentil gagasan Ibnu Atha’illah dalam kitab al Hikam, Prof Zainul Hamdi yang akrab dipanggil Prof Inung, Direktur Diktis Kemenerterian Agama RI, memberi arahan untuk peningkatan mutu birokrasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Hal demikian disampaikannya dalam closing ceremony pada acara Training Of Trainer (TOT) penguatan moderasi dan pembinaan ASN Universitas Islam Negeri Kiai Haji Ahmad Shiddiq (UIN KHAS) Jember, 13/07/2024.

Ia memandang birokrasi perguruan tinggi perlu dilakukan dengan kesadaran manajemen yang baik. Uniknya, menganggap kesadaran dapat dimunculkan dari gagasan Ibn Atha’illah dalam kitab al Hikam.

“kalau kita belajar al Hikam, al Hikam Ibn Atha’illah as Sakandari. Itu di bagian, Ibn Ibn Atha’illah as Sakandari memperkenal kita tentang dua maqom manusia. Yang pertama itu adalah maqom tajrid, dan yang kedua adalah maqom asbab”, ungkapnya.

Orang yang masih di maqom asbab, lalu sok merasa berada di maqom tajrid, biasanya dia telah dikalahkan oleh hawa nafsunya. Menurutnya, orang yang demikian adalah jenis manusia yang tidak sadar maqom.

Maqom tajrid terjadi pada kekasih Allah yang rizkinya telah dijamin. Sedangkan pada maqom asbab adalah mereka yang tidak dapat lari dari sunnatullah, artinya untuk memenuhi kebutuhannya, ia harus bekerja.  

Baca Juga :  Anggota Komisi X DPR RI Apresiasi Buku Pengembangan SDM Modern Karya Dosen FISIP UNEJ

Mereka yang sok tajrid padahal masih asbab, biasanya bertindak tak masuk akal. Karena merasa kekasih Tuhan, mereka tidak mau bekerja. Akibatnya, untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, ia jual segalanya, termasuk agama dan Tuhannya.

Ibn Atho’illah telah mengajari tentang pentingnya kesadaran maqom dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.  Pelajaran tersebut menurutnya, juga penting untuk para pengelola PTKI.

“termasuk di kampus, orang kalau tidak sadar maqom itu adalah gerbang pertama, hancurnya tata kelola itu manusia yang tidak sadar maqom. Makanya, diwanti-wanti sama shohibul hikam”, jelasnya.

Menurut Prof Inung, semua orang yang tidak tahu maqomnya akan menyebabkan kekacauan pada tata kehidupan, termasuk tata kelola dan birokrasi perguruan tinggi. Makanya, ia menyarankan agar para sivitas UIN KHAS Jember mengadopsi gagasan Ibn Atha’ilah tersebut sebagai kesadaran dalam meningkatkan mutu kampusnya.

Ia menyarankan agar para rektor, wakil rektor, dekan hingga wakil dekan memahami posisi atau maqomnya masing-masing sebagaimana ajaran tasawuf dalam kitab al Hikam tersebut.

“praktis sebetulnya belajar tentang tasawuf dalam kehidupan sehari-hari. Lalu apa yang sebenarnya kita bawa, al Hikam kepada organisasi kita di kampus. Organisasi kita di kampus seringkali hancur karena setiap orang tidak sadar akan maqomnya”, tambahnya.

Baca Juga :  Perempuan di Jember Mengaku Jadi Korban Begal Hingga Viral di Media Sosial, Begini Kronologi Lengkapnya

Ia memberi contoh perilaku sivitas PTKI yang dianggapnya tidak sadar maqom. Misalnya, seseorang yang bukan rektor, namun merasa jadi rektor.

“ Warek maqomnya warek, tapi yang disadari kayaknya rektor, hancur tidak? Sudah tidak jadi rektor, merasa rektor, hancur enggak? Dekan tidak merasa jadi dekan, tapi merasa sebagai Kabag, hancur enggak?”, katanya Prof Inung menyadarkan.

Jika sivitas akademis sebagai profesional masih tidak memahami, berarti kalah kepada Ibn Atha’illah yang sufistik. Maka dari itu, ia mengingatkan agar seluruh pengelola sadar pada maqomnya sendiri.

Tata kelola organisasi pendidikan membutuhkan ajaran sufistik tentang kesadaran terhadap maqomnya masing-masing. Pasalnya kacamata sosiologi, Bagi Prof Inung, organisasi kampus sifatnya strukturalis fungsional.

“fungsionalisme struktural samean bawak pada society, itu jatuhnya status quo. Tapi dalam organisasi, kita harus menggunakan fungsionalisme struktural. Kalau organisasi tidak menggunakan fungsionalisme struktural, anarkis”, ucapnya tegas.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Wisuda Sekolah Menengah: Antara Gengsi, Tradisi, dan Edukasi
Anggota Komisi X DPR RI Apresiasi Buku Pengembangan SDM Modern Karya Dosen FISIP UNEJ
PWI Jember Latih Humas SMA/SMK dan SLB Kuasai Teknik Jurnalistik
UM-PTKIN UIN KHAS Jember 2025, Siapkan Kuota 4.230 Mahasiswa Baru
Buku Nabiel A. Karim Hayaze’, Gambarkan Musik Gambus Sebagai Simfoni Perekat Bangsa
Kartini, Lentera Pendidikan Perempuan
Sebanyak 782 Ijazah Diantar ke Rumah Siswa Secara Gratis, Cabdin Jember: Tak Ada Lagi Penahanan Karena Tunggakan
Model Kurikulum Murray Print: Solusi Menggapai Pendidikan Progresif

Baca Lainnya

Jumat, 16 Mei 2025 - 03:57 WIB

Wisuda Sekolah Menengah: Antara Gengsi, Tradisi, dan Edukasi

Jumat, 9 Mei 2025 - 18:10 WIB

Anggota Komisi X DPR RI Apresiasi Buku Pengembangan SDM Modern Karya Dosen FISIP UNEJ

Kamis, 8 Mei 2025 - 20:30 WIB

PWI Jember Latih Humas SMA/SMK dan SLB Kuasai Teknik Jurnalistik

Kamis, 24 April 2025 - 15:31 WIB

UM-PTKIN UIN KHAS Jember 2025, Siapkan Kuota 4.230 Mahasiswa Baru

Rabu, 23 April 2025 - 18:30 WIB

Buku Nabiel A. Karim Hayaze’, Gambarkan Musik Gambus Sebagai Simfoni Perekat Bangsa

TERBARU

ilustrasi ijazah sebagai produk lembaga pendidikan

Kolomiah

Legitimasi Sistem Pendidikan

Minggu, 18 Mei 2025 - 17:59 WIB

Educatia

Wisuda Sekolah Menengah: Antara Gengsi, Tradisi, dan Edukasi

Jumat, 16 Mei 2025 - 03:57 WIB