Frensia.id – Gema belasungkawa datang dari dari seantero negeri, dari kalangan muda NU hingga petinggi PBNU, mulai kalangan kader ansor banser sampai pimpinan pusat turut merasa kehilangan sosok pengayom generasi muda NU ini. Khususnya, duka cita mendalam dirasakan oleh kader PMII atas wafatnya salah satu muassisnya, KH. Chalid Mawardi.
Chalid Mawardi adalah tokoh penting dalam sejarah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Ia merupakan salah satu dari 13 sponsor pendiri organisasi mahasiswa hasil dari keputusan konbes IPNU Kaliurang (1960). Dalam sejarah pendirian PMII, nama Chalid Mawardi berada pada urutan pertama.
Pendiriannya didorong keinginan untuk mengakomodir mahasiswa NU yang komitmen dalam pengembangan intelektual dan spiritual, berdasarkan ajaran Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah. Ia juga memberikan sumbangsih besar dalam merumuskan ideologi dan prinsip-prinsip dasar PMII.
Chalid Mawardi tidak hanya menjadi founding father PMII, tetapi juga ia mendidik dan memotivasi kader-kadernya. Ia selalu mendorong para kadernya mengembangkan diri, baik dalam bidang akademis maupun dalam pengembangan karakter dan spiritualitas.
Misalnya setiap dalam menyampaikan ucapan hari lahir PMII, ia selalu menekankan supaya kader PMII terus mengembangkan kualitas dalam melahirkan penemuan-penemuan ilmiah.
Hal itu menunjukkan Chalid Mawardi adalah sosok sang pencerah yang berpikir futuristik, mendorong bagaimana kader PMII untuk selalu berpikir kritis. Memimpikan generasi muda NU yang kreatif dan inovatif menghadapi tantangan zaman.
Sebagai pendiri PMII, Ia tidak hanya menekankan kuantitas kader Pergerakan. Nanum, Ia menunjukkan perhatiannya terhadap pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Ia mendorong PMII selain memikirkan bagaimana meningkatkan jumlah kader, namun juga meningkatkan kualitas mereka.
Sebagai muassis pergerakan, ia ingin memastikan bahwa kader PMII tidak hanya banyak secara jumlah, tapi mereka memiliki kompetensi, pengetahuan dan integritas yang tinggi. Tidak ada lain, hal itu untuk mendukung tujuan dan misi organisasi yang lahir di Surabaya, 17 April 1960 ini.
Dalam musyarawah di Surabaya, Mahbub Junaidi dipercaya sebagai ketua umum pertama PMII, sementara Chalid Mawardi ditunjuk sebagai ketua satu dan Said Budairy sebagai sekretaris Umum. Masa ini, merupakan periode pertama pimpinan pusat PMII (1960-1961).
Dalam memimpin Chalid Mawardi dikenal kebijaksanaanya dalam mengarahkan organisasi dan membimbing anggotanya. Berkat kepemimpinannya, membantu PMII berkembang menjadi organisasi yang solid dan memiliki pengaruh di kalangan mahasiswa.
Nama tersohornya tidak hanya dikalangan kader Pergerakan, Ia dikenal pribadi yang penuh dedikasi dalam mengkader, membina dan menebar inspirasi bagi pemuda NU. Kontribusinya sangat signifikan dalam pengembangan program-program bagi kalangan generasi muda NU, dari pendidikan, keterampilan dan pemahaman keagamaan.
Dalam penuturan Gus Addin Jauharudin, Ketua umum PB PMII periode (2014-2016), saat ini sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor, menuturkan Chalid Mawardi adalah teladan para kader. Sumbangsihnya besar bagi NU dan Anshor termasuk bagi republik ini.
Kiprahnya dalam mengayomi generasi muda NU, Chalid Mawardi menjadi ketua umum PP GP Ansor dalam kongres VIII tahun 1980, saat itu hadir KH. Bisri Syansuri, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama. Kepemimpinannya bertepatan degan munas NU situbondo, dimana salah satu keputusannya NU kembali ke Khittah.
Pada masa itu, negara sedang dibawah kekuasaan Soeharto. Menurut Gus Addin, bukanlah hal yang mudah menjalankan organisasi dibawah tekanan orde baru yang memegang kendali kuat. Dengan kelincahan dan fleksibel, Chalid Mawardi mampu membawa Ansor (salah satu banom NU) tetap eksis ditengah gempuran pergolakan politik yang sangat kuat dan panas.
Chalid Mawardi telah mencurahkan segenap pikiran, tenaga dan harapan untuk masa depan PMII, NU dan Indonesia. Sebagai sosok yang memiliki integritas tinggi dan menjujung nilai-nilai etik dalam tindakannya, ia berusaha mengubah bangsa ini menjadi lebih baik. Ia menjadi teladan dalam hal kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab.
Kini, Muassis Pergerakan dan Pengayom Generasi Muda NU itu telah pergi. Selamat Jalan Kyai…*
* Moh. Wasik (Anggota LKBHI UIN KHAS Jember, Penggiat Filsafat Hukum dan Anggota Dar Al Falasifah)