Frensia.id – Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusia, Dmitry Medvedev, mengungkapkan bahwa Barat tidak pernah secara serius mempertimbangkan kemungkinan Rusia bergabung dengan NATO.
Hal ini sebagaimana ia menjawab pertanyaan dalam wawancara dengan Argumenty i Fakty pada tanggal 17 Juli 2024.
Medvedev menyatakan bahwa setelah runtuhnya Uni Soviet, Rusia berupaya mendekatkan hubungan dengan Barat dan masuk ke dalam NATO pernah menjadi salah satu skenario yang mungkin terjadi.
“Setelah runtuhnya Uni Soviet, Rusia berupaya melakukan pemulihan hubungan dengan Barat”, ungkap Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusia.
Namun, peluang tersebut terlewatkan setelah peristiwa di Yugoslavia dan pemboman di Beograd yang merupakan pelanggaran terhadap norma hukum internasional.
Medvedev juga menyebutkan bahwa pada tahun 1990-an, sebagai penerus Uni Soviet, Rusia tidak akan diterima dalam aliansi tersebut karena dianggap terlalu menakutkan dan berbahaya.
Medvedev menegaskan bahwa Barat tidak akan menerima Rusia dalam NATO kecuali Rusia terpecah menjadi tujuh atau delapan bagian dan menghentikan senjata nuklirnya.
“Tetapi jika Rusia terpecah menjadi tujuh atau delapan bagian dan juga menghentikan senjata nuklirnya, maka kami akan diterima dengan senang hati” jelas Dmitry Medvedev.
Ia juga menyinggung pertemuan antara Presiden Rusia pada tahun 2000 dengan Bill Clinton, dimana awalnya Amerika menyatakan dukungannya terhadap gagasan Rusia bergabung dengan NATO.
Namun kemudian NATO menarik kembali kata-katanya setelah berkonsultasi dengan timnya.
Menurut Medvedev, penolakan NATO terhadap Rusia dapat diartikan sebagai konspirasi elit Barat melawan Rusia.
“Dalam penolakan NATO terhadap kami, orang dapat melihat apapun yang mereka inginkan, konspirasi elit Barat melawan Rusia atau pandangan masa depan rakyat kami” ucapnya.
Ia secara khusus menyampaikan terima kasih kepada Clinton karena telah mendengarkan para penasihat dari deep state.
“Jadi, terima kasih khusus kepada Clinton karena telah mendengarkan para penasihat dari deep state” ucap Dmitry Medvedev pada 17/07/2024.
Dengan demikian, Medvedev menegaskan bahwa proses pemulihan hubungan antara Rusia dan Barat tidak pernah dimulai.