Haji, Oleh Akadimisi Dianggap Ikatan Solidaritas Keimanan Ummat Islam

Haji merupakan rukun Islam yang harus dikerjakan jika sudah mampu. Ternyata ritualitasnya dianggap oleh akademisi sebagai ikatan teologis
Gambar xHaji merupakan rukun Islam yang harus dikerjakan jika sudah mampu. Ternyata ritualitasnya dianggap oleh akademisi sebagai ikatan teologis (Sumber: Canva)

Frensia.id-Haji merupakan rukun Islam yang harus dikerjakan jika sudah mampu. Ternyata ritualitasnya dianggap oleh akademisi sebagai ikatan teologis ummat yang heterogen.

Hal demikian sebagaimana ditemukan oleh akademisi dari dua universitas yang mengkajinya. Keduanya adalah Mahdi Naderi (Universitas Shiraz) dan Muhammad Azhar (Ilmu Politik, Fakultas Humaniora, Universitas Shahid). Temuan mereka telah dipublikasi dalam Hajj and Ziarah Research Journal pada september tahun ini, 2024.

Keduanya melihat bahwa Haji merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu secara fisik dan finansial. Selain sebagai ibadah, haji juga menjadi pengalaman transformatif yang mendalam.

Bacaan Lainnya

roses spiritual yang dijalani selama pelaksanaan haji tidak hanya berdampak pada individu secara personal, tetapi juga memengaruhi dinamika sosial di antara para jamaah. Melalui berbagai tahapan ibadah seperti tawaf, sa’i, wukuf di Arafah, hingga melontar jumrah, para jamaah haji merasakan bagaimana nilai-nilai persatuan dan solidaritas semakin menguat.

Saat melaksanakan haji, para jamaah berasal dari berbagai negara, latar belakang budaya, bahasa, dan status sosial yang berbeda. Namun, di tanah suci, semua perbedaan tersebut seolah sirna. Seluruh jamaah mengenakan pakaian ihram yang seragam, melambangkan kesetaraan di hadapan Tuhan. Dalam momen inilah ikatan persatuan terbentuk dengan kuat. Mereka menjalani rangkaian ibadah yang sama, berdoa bersama, dan merasakan kebersamaan dalam menunaikan perintah Allah. Hal ini menciptakan kesadaran bahwa meskipun berasal dari latar belakang yang beragam, setiap individu memiliki tujuan yang sama, yaitu mendekatkan diri kepada Allah.

Pengalaman haji juga memperkuat rasa kebersamaan dan warisan bersama umat Islam. Selain persatuan yang terbentuk selama pelaksanaan ibadah, haji menjadi pengingat akan sejarah panjang umat Muslim yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sebagai bentuk ziarah ke tempat-tempat suci seperti Ka’bah dan Arafah, haji menghubungkan para jamaah dengan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam, mulai dari Nabi Ibrahim hingga Nabi Muhammad SAW.

Dengan demikian, haji bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual yang mengukuhkan persaudaraan, solidaritas, dan rasa memiliki atas warisan iman bersama, memperkuat hubungan sosial dan ikatan emosional di antara umat Islam di seluruh dunia.