Kasak-Kusuk Tepuk Tangan Sakinah

Minggu, 28 September 2025 - 13:08 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id – Media sosial selalu punya cara unik melahirkan tren baru. Kali ini, jagat TikTok dan Instagram dihebohkan oleh sebuah selebrasi sederhana yang dikenal dengan nama Tepuk Sakinah. Awalnya, ia hanya dimaksudkan sebagai metode edukasi dalam Bimbingan Perkawinan (Bimwin) yang digagas Kementerian Agama.

Namun siapa sangka, dari ruang kelas bimbingan catin, “tepuk tangan sakinah” justru menjelma jadi fenomena viral yang merembet ke pelaminan, video parodi rumah tangga, bahkan arena politik.

Sejumlah media menyebut, selebrasi ini bermula dari unggahan akun resmi Kantor Urusan Agama (KUA), salah satunya Instagram @kua_menteng pada 20 Desember 2024. Dalam video itu, para pembimbing memperagakan yel-yel sederhana:

Berpasangan… berpasangan… berpasangan… (tepuk tangan tiga kali). Janji kokoh… janji kokoh… janji kokoh… (tepuk tangan tiga kali). Saling cinta… saling hormat… saling jaga… saling ridho… musyawarah… untuk sakinah.

Dengan format seperti tepuk pramuka atau tepuk semangat di sekolah dasar, pesan tentang pilar keluarga sakinah seketika lebih mudah diingat.

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Abu Rokhmad, menjelaskan bahwa Bimwin memang dirancang sebagai pembekalan bagi calon pengantin agar siap lahir batin membangun rumah tangga. “Melalui Tepuk Sakinah, pilar keluarga sakinah lebih mudah diingat dan suasana pembekalan menjadi lebih hidup,” ujarnya, seperti dimuat kemenag.go.id (25/09)

Situs resmi Kementerian Agama RI menyebut, ada lima pilar keluarga sakinah yang ditanamkan: zawaj (berpasangan), mitsaqan ghalizan (janji kokoh), mu’asyarah bil ma’ruf (saling cinta, hormat, menjaga, berbuat baik), musyawarah, serta taradhin (saling ridha).

Di atas kertas, konsep ini tampak serius. Namun begitu dikemas dalam yel-yel ringan, pesan sakinah berubah jadi permainan yang gampang viral. Kreativitas yang semula hanya alat bantu edukasi itu meledak di media sosial. Video-video “tepuk sakinah” ramai beredar, dari TikTok sampai Instagram. Bahkan ada yang menjadikannya selebrasi di momen akad, lengkap dengan riuh tepuk tangan keluarga dan tamu undangan.

Tak berhenti di situ. Dunia maya juga dipenuhi variasi parodi. Ada video pasangan suami istri yang sedang bertengkar. Sang istri ngambek, hendak pergi meninggalkan rumah. Namun si suami menahan dengan mengingatkan lagu sakinah. Mereka lalu bernyanyi bersama, menepuk tangan, dan akhirnya tersenyum kembali. Netizen pun menjulukinya: apapun masalahnya, Tepuk Sakinah solusinya.

Lebih jauh lagi, kreativitas warganet menghadirkan versi yang lebih sensasional: Tepuk Sakinah Poligami. Viral di TikTok, seorang pria dengan bangga melakukan yel-yel bersama empat istrinya sekaligus. Videonya diunggah akun @poligami.rukun, dan langsung menuai reaksi beragam. Liriknya diubah menjadi:

Empat istri… empat istri… empat istri… Saling rukun… saling rukun… Saling cinta… saling hormat… saling jaga… saling ridho… musyawarah… untuk sakinah.

Ada yang menanggapinya dengan tawa, ada pula yang sinis. Namun begitulah cara media sosial bekerja: setiap tren selalu menemukan jalan untuk dipelintir, diparodikan, atau dijadikan bahan refleksi.

Paling menarik, fenomena ini akhirnya merambah ke dunia politik. Sebuah video memperlihatkan potret pejabat daerah dan wakilnya yang diisukan tidak akur. Foto keduanya ditempelkan dalam latar belakang, lalu dipadukan dengan yel-yel Tepuk Sakinah. Kreativitas itu seakan mengingatkan bahwa harmoni dan kerja sama tidak boleh hanya jadi jargon rumah tangga, melainkan juga harus diwujudkan di panggung kekuasaan. Sindiran sosial yang sederhana, tetapi mengena.

Di sinilah letak uniknya Tepuk Sakinah. Ia bukan lagi sekadar gimmick bimbingan pranikah. Bukan pula hanya selebrasi akad nikah. Dalam perjalanannya, ia berubah menjadi bahasa budaya baru yang bisa dipakai untuk berbagai konteks: menghibur, mendamaikan, menyindir, bahkan mengkritik.

Kita mungkin bisa tersenyum geli melihat pasangan yang sedang ngambek lalu kembali rukun berkat tepuk tangan sederhana. Atau tertawa saat menonton parodi poligami yang penuh kontroversi. Namun di balik semua itu, ada pesan yang lebih dalam: bahwa sakinah, harmoni, dan kerja sama adalah kebutuhan universal, baik di rumah tangga maupun di ruang publik.

Pada akhirnya, tren ini menunjukkan bahwa edukasi agama pun bisa dikemas secara kreatif dan menyentuh lapisan yang lebih luas. Bahwa pesan serius tidak selalu harus disampaikan dengan cara yang kaku. Kadang, cukup dengan tepuk tangan sederhana, kita diingatkan untuk kembali pada janji kokoh, saling cinta, saling jaga, dan bermusyawarah.

Mungkin benar kata warganet: apapun masalahnya, tepuk sakinah solusinya.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Denting Nurani di Tengah Dentuman Horeg
Perempuan Polos dan Politik
Wadul Guse dan Paradoksnya
79 Tahun Bhayangkara: Kita Butuh Polisi Pembela Kaum Lemah
Perguruan Tinggi dan Bahasanya
Garis Laras Pancasila dan Hudaibiyah: Jalan Damai Berbangsa
Ekoteologi Dan Iman Yang membumi
Ramalan Il Principe

Baca Lainnya

Minggu, 28 September 2025 - 13:08 WIB

Kasak-Kusuk Tepuk Tangan Sakinah

Rabu, 16 Juli 2025 - 18:01 WIB

Denting Nurani di Tengah Dentuman Horeg

Senin, 14 Juli 2025 - 14:07 WIB

Perempuan Polos dan Politik

Jumat, 4 Juli 2025 - 08:05 WIB

Wadul Guse dan Paradoksnya

Selasa, 1 Juli 2025 - 14:01 WIB

79 Tahun Bhayangkara: Kita Butuh Polisi Pembela Kaum Lemah

TERBARU

Kolomiah

Kasak-Kusuk Tepuk Tangan Sakinah

Minggu, 28 Sep 2025 - 13:08 WIB

Opinia

“Dosa-Dosa” Polri: Reformasi atau Transformasi?

Sabtu, 27 Sep 2025 - 06:55 WIB

Gambar Tanggapan DPC PKB Jember Soal Surat Wabup Djoko Susanto ke KPK (Sumber: Istimewa)

Regionalia

Tanggapan DPC PKB Jember Soal Surat Wabup Djoko Susanto ke KPK

Jumat, 26 Sep 2025 - 20:06 WIB