1 Muharram, Walau Kontroversi Namun Amat Istimewa Bagi Kota Cirebon

1 Muharram, Walau Kontrovesi Namun Amat Istimewa Bagi Kota Cirebon
Gambar 1 Muharram, Walau Kontrovesi Namun Amat Istimewa Bagi Kota Cirebon (Sumber : Irebon)

Frensia– 1 Muharram merupakan tahun baru Islam. Semua masyarakat muslim mestinya merayakan. Uniknya di Cirebon, Hari sesebut tak hanya istimewa karena tahun baru Islam.

Walaupun masih kontroversi, 1 Muharram bagi kota Cirebon merupakan awal wilayahnya berdiri. Jadi tentu, hari ditanggal itu juga haul kota Cirebon

Hari Ulang Tahun (HUT) ke-653 Cirebon diisi dengan berbagai kegiatan meriah yang melibatkan masyarakat dari berbagai kalangan. Mulai dari kegiatan di tingkat RT/RW yang menghidupkan semangat kebersamaan, hingga pagelaran seni dan budaya yang menampilkan warisan khas Cirebon seperti tari topeng, gamelan, dan upacara adat.

Bacaan Lainnya

Acara-acara ini bertujuan untuk memperkuat identitas budaya dan kebanggaan lokal.

Namun, rangkaian perayaan ini tidak lepas dari kontroversi. Berbagai kalangan, mulai dari ningrat atau keraton, seniman, budayawan, hingga pemerintah, memiliki pandangan yang berbeda mengenai pelaksanaan acara ini.

Sebagian merasa bahwa acara-acara tertentu kurang mencerminkan nilai-nilai budaya yang sebenarnya, atau ada yang berpendapat bahwa peran keraton dalam perayaan ini kurang menonjol.

Ada pula kritik terhadap cara pemerintah mengatur dan menyelenggarakan acara tersebut, yang dianggap kurang melibatkan semua elemen masyarakat atau kurang memperhatikan aspek-aspek budaya tertentu.

Swdikitnya ada tiga aspek yang sapat ditelusiri, pertama, berhubungan dengan cerita Syekh Nutjati.

Dicwritakan bahwa tahun 1420 Masehi, Syekh Nurjati tiba di Pelabuhan Muara Jati dan disambut oleh Syahbandar bernama Ki Gedeng Tapa. Ki Gedeng Tapa mengizinkan Syekh Nurjati mendirikan pesantren Amparan Jati.

Beberapa puluh tahun kemudian, Pangeran Cakrabuana dan adiknya Nyi Mas Rarasantang datang untuk berguru kepada Syekh Nurjati, mempelajari agama Islam dari tahun 1442 hingga 1445 Masehi.

Setelah menyelesaikan pelajaran agama, Syekh Nurjati mengarahkan mereka untuk membuka lahan baru. Yang dipilih,  di kawasan yang dikenal sebagai Kebon Pesisir.

Proses pembukaan lahan ini terjadi pada tahun 1445, tepatnya pada tanggal 1 Muharram, hari Ahad Kliwon, di lokasi yang sekarang dikenal sebagai Kasultanan Kanoman Cirebon.

Sedangkan versi Pemkab, tidak demikian. Hari lahir Cirebon, bukan satu Muharram. Perbedaan ini karena didasarkan pada sumber berbeda pula.

Berdasarkan informasi yang didapatkan,  dari berbagai sumber. Tampaknya versi Pemerintah Kota Cirebon merujuk pada tahun 1369 Masehi atau setara dengan 1302 tahun Saka.

Untuk itu, diperlukan dialog dan kerjasama antara semua pihak untuk memastikan bahwa perayaan ini. Jadi, tidak hanya meriah tetapi juga bermakna dan menghormati kekayaan budaya Cirebon yang sesungguhnya.