Puisi Penyesalan Mahmoed Darwish untuk Ibunya

Minggu, 1 September 2024 - 16:29 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Puisi Penyesalan Mahmoed Darwish untuk Ibunya (Ilustrasi/Arif)

Puisi Penyesalan Mahmoed Darwish untuk Ibunya (Ilustrasi/Arif)

Frensia.id- Berbeda sekali dengan penyair Libanon, Kahlil Gibran yang mempunyai hubungan emosional sangat dekat dengan ibunya. Bahkan anugerah sensitivitas yang ia miliki juga dipengaruhi oleh kasih sayang dari sang ibu, Kamilia Gibran.

Mahmoud Darwish penyair kenamaan Arab ini tidak mempunyai relasi yang baik dengan sang ibu. Pasalnya penyair kelahiran Palestina yang banyak memuat karya-karyanya dalam tema cinta ini merasa iri dengan sang kakak. Darwish menganggap bahwa ibunya, Houreyyah, lebih menyayangi kakaknya daripada dirinya.

Perasaan merasa terpinggirkan tersebut ia bawa sampai usianya beranjak dewasa, hingga sebuah peristiwa terjadi dan menyadarkannya pada tahun 1965.

Sebelumnya perlu diketahui, bahwa Mahmoed Darwish merupakan penyair kelahiran Palestina pada 13 Maret 1941 di desa Al Birwa di Galilea. Selain aktif mengarang bait-bait puisi, Darwish bekerja sebagai editor di sebuah surat kabar sepanjang 1970-an.

Puisi-puisi yang ia karang tidak sekedar membahas mengenai keindahan kata-kata dan cinta, tetapi juga berpretensi mengandung nilai perlawanan terhadap pendudukan Israel di tanah kelahirannya, Palestina.

Akhirnya kehidupannya cukup tidak tenang, Darwish sempat tinggal selama bertahun-tahun di pengasingan, Beirut, Lebanon dan Paris, Prancis.

Baca Juga :  Mandi Pagi di Pantai: Kebiasaan Menyehatkan yang Didukung Ilmiah

Pernah suatu ketika pada tahun 1965, Darwish ditangkap oleh tentara Israel karena membacakan salah satu karyanya tanpa mengantongi izin, di Universitas Al-Quds. Akhirnya akibat kesalahan yang ia lakukan, Darwish mesti menyandang status sebagai tahanan rumah di Al-Ramlah.

Dengan perasaan sedih dalam tahanan, suatu hari Darwish dikunjungi oleh ibunya dengan membawakannya dengan membawakannya beberapa potong roti dan kopi.

Ketika hendak menyerahkan bekal kepada anaknya, petugas penjara melarang. Karena Houereyyah, ibu Darwish, cukup bersikukuh dan memaksa kepada sipirpenjara agar bisa mengirimkan bekal yang telah ia siapkan dari rumah kepada anaknya tersebut.

Sampai pada akhirnya, memperoleh izin. Seketika Darwish merasa bersalah hatinya luluh dan mencium tangan ibunya. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sejauh ini.

“ketika aku pergi, aku tidak pernah menemui permintaan maaf selain menuliskan puisi, sebuah permohonan maaf kepada ibuku karena kesalahanku yang tak pernah bisa memahaminya sebagaimana seharusnya seorang anak memahami ibunya”, ujarya.

Ketika ibunya pulang, Darwish lalu menuliskan sebuah puisi yang berjudul “aku rindu roti ibuku”. Karena tidak menemukan kertas, ia menuliskannya di atas aluminium foil. Kemudian ia bawa puisi tersebut setelah bebas dari penjara.

Baca Juga :  Timbreng Ulu, 5 Pesona Daerah Perbatasan Pinggiran Kota Situbondo

Berikut larik-larik yang ia tuliskan, dalam terjemahan bahasa Indonesianya, sebagai sebuah rasa penyesalan dan apresiasi terhadap kasih sayang ibunya yang selama ini tidak pernah ia fahami.

“Aku rindu roti ibuku

Kopi ibuku

Dan sentuhan ibuku

Masa kecil tumbuh dalam diriku

Dari hari ke hari

Aku mencintai hidupku

Karena jika aku mati

Aku malu pada air mata ibuku

Bawalah aku jika aku kembali suatu hari nanti

Sebagai tudung bulu matamu

Dan tutupilah tulangku

Dengan rumput yang yang diberkahi oleh sucinya kakimu

Perkuatlah ikatanku

Dengan helai rambut

Dengan benang yang menjuntai dari ujung bajumu

Aku ingin menjadi tuhan

Aku ingin menjadi tuhan

Tatkala aku bersua dengan relung hatimu

Ketika aku pulang, jadikanlah aku

Sebagai bahan bakar tungku perapianmu

Sebagai tali jemuran di atap rumahmu

Karena aku telah hilang pendirian

Tanpa doa siangmu

Aku telah tua

Bawakan aku bintang-bintang masa kecil

Sehingga aku dapat menemani burung-burung kecil

Ke arah pulang Menuju sarang penantianmu”

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Mandi Pagi di Pantai: Kebiasaan Menyehatkan yang Didukung Ilmiah
Timbreng Ulu, 5 Pesona Daerah Perbatasan Pinggiran Kota Situbondo
Petualangan Don Quixote, Novel Besar yang Bercerita tentang Orang Gila
The Architecture of Love, Film Romance yang Menghadirkan Pertarungan Eksistensial Dalam Diri
Dag Solstad, Sastrawan Terbesar Norwegia Tutup Usia
AMRM Tuntut Perbaikan Layanan Mudik di Pelabuhan Jangkar
Jobin, Novel Terbaru Pidi Baiq di Awal Tahun 2025
Ekspedisi Alexander yang Agung, Berjumpa dengan Manusia-Kuda

Baca Lainnya

Rabu, 9 April 2025 - 08:42 WIB

Mandi Pagi di Pantai: Kebiasaan Menyehatkan yang Didukung Ilmiah

Rabu, 2 April 2025 - 16:15 WIB

Timbreng Ulu, 5 Pesona Daerah Perbatasan Pinggiran Kota Situbondo

Selasa, 1 April 2025 - 23:23 WIB

Petualangan Don Quixote, Novel Besar yang Bercerita tentang Orang Gila

Senin, 31 Maret 2025 - 19:20 WIB

The Architecture of Love, Film Romance yang Menghadirkan Pertarungan Eksistensial Dalam Diri

Senin, 17 Maret 2025 - 22:14 WIB

Dag Solstad, Sastrawan Terbesar Norwegia Tutup Usia

TERBARU

Opinia

Meluruskan Makna Kemanusiaan

Jumat, 18 Apr 2025 - 06:34 WIB

Kolomiah

Belajar dari Arsenal dan Real Madrid: Part II

Kamis, 17 Apr 2025 - 12:29 WIB