Frensia.id- Secara umum, mentalitas dari masyarakat Indonesia mempunyai karakter untuk menjadi pegawai dengan penghasilan tetap tiap bulan.
Hal tersebut dapat dilihat dari minat para generasi mudanya yang senantiasa mengidam-idamkan untuk menjadi pegawai, lebih-lebih dalam kapasitas sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Tidak aneh apabila terdapat rekrutmen CPNS pendafataran senantiasa membludak dan menjadi perbincangan hangat.
Kondisi seorang pegawai memang sangat menjanjikan, dikarenakan seseorang menempati posisi aman dan stabil dari segi finansialnya. Penghasilan yang diperoleh tiap bulannya tidak pernah mengalami penurunan, sekalipun banyak absennya.
Pada konteks ini, berbeda sekali dengan apa yang dialami oleh pengusaha, semisal. Profit perbulan yang diperoleh selalu mempersyaratkan etos kerja yang tinggi dan keuntungan dari banyak variable medan yang mesti dihadapi, lagi-lagi tidak dapat dipastikan kejelasannya.
Bisa jadi, apabila seorang pengusaha pada bulan tersebut beruntung maka keuntungan yang diperoleh senantiasa melimpah. Begitu pula dengan sebaliknya, saat keberuntungan tidak bisa diraih maka kerugian berarti yang menimpa.
Status seorang pegawai merupakan titik aman yang tidak mempunyai kadar resiko cukup diperhitungkan. Sehingga pantas saja banyak orang yang mempunyai harapan untuk menggapai posisi tersebut.
Sekalipun banyak yang tidak dapat mencapainya, dikarenakan beberapa alasan administratif yang kurang memadai akan tetapi secara mentalitas bisa dikatakan sekalipun bukan seluruhnya, masyarakat Indonesia bermental seperti itu.
Dalam tinjauan negara maju, ternyata status dan mentalitas pegawai merupakan bukan indikator negara bisa dikatakan maju. Hal ini pernah diutarakan oleh Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani.
Menteri yang menangani persoalan keuangan negara sejak era presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini, memberi perbandingan dalam penjelasannya untuk memberikan gambaran terkait bagaimana situasi negara maju, sebagaimana yang ia maksudkan.
“kenapa dia disebut negara maju dan kita negara berkembang, kalau saya perhatikan sistemnya adalah mereka asetnya kerja keras, orangnya kerja biasa-biasa aja”, demikian jelasnya.
Terdapat perbedaan cukup signifikan yang bisa diperhatikan dalam paparannya, bahwa negara maju masyarakatnya mampu memanfaatkan aset yang ia miliki untuk menambah nilai ekonomi, tidak sekedar menggantungkan pada bayaran atau gaji yang dimiliki.
Hal ini yang terjadi sebaliknya pada masyarakat Indonesia, lanjut paparan Sri Mulyani, bahwa masyarakat Indonesia cenderung bekerja keras sedangkan aset yang dimiliki tidur atau bisa dikatakan tidak dimanfaatkan untuk menghasilkan profit.
Kecenderungan masyarakat Indonesia secara mayoritas inilah yang perlu disesalkan, berdasarkan gagasan yang dikemukakan oleh Menteri Keuangan Indonesia tersebut, mentalitas masyarakat Indonesia cenderung menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak bisa maju.