Kontroversi Hukum Mencabut Rumput Kuburan di Tengah Masyarakat

Minggu, 15 Desember 2024 - 14:16 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

rumput di kuburan

rumput di kuburan

Salah satu amaliyah warga nahdliyin adalah ziarah kubur. Kegiatan ini tidak sekedar dilakukan sekali atau dua kali, melainkan menjadi kebiasaan pada waktu tertentu.

Sedangkan waktu yang dimaksud secara umum biasanya pada hari kamis sore menjelang hari jum’at, satu hari sebelum bulan ramadhan tiba dan sebelum hari raya idul fitri.

Selain memanjatkan yasin dan tahlil di kuburan, salah satu pekerjaan yang dilakukan lainnya disamping menabur bunga juga membersihkan kuburan dengan cara mencabut rumput dan semak-semak yang tumbuh disekitar kuburan.

Maksud dan tujuan dari tindakan tersebut tidak lain untuk membersihkan, sehingga akan tampak terawat. Hal ini dilakukan sebagian besar oleh masyarakat secara umum.

Ternyata terdapat persoalan mengenai tindakan untuk memangkas rumput di sekitar kuburan. Bahwa terdapat hak dari mayit atas rumput tersebut, dimana rumout yang tumbuh mampu mendoakan dan memintakan ampunan untuk orang yang meninggal. Hal tersebut dikuatkan berdasarkan argumentasi yang tersebut dalam kitab Fathul Mu’in.

“Disunahkan menaruh pelepah kurma yang masih segar di atas kuburan dalam rangka mengikuti apa yang dilakukan Nabi saw, karena hal itu mayat akan diringankan dari siksa atas berkat tasbih pelepah kurma tersebut, begitu pula tanaman sejenis kemangi. Dan haram mengambilnya selagi belum kering, karena termasuk menghalangi mayit mengambil manfaat dan haknya, berupa diringankan siksanya dan dikunjungi malaikat”.

Lebih rinci lagi mengenai persoalan dari hukum memangkas atau mencabut rumput di kuburan menurut mazhab Syafi’i boleh jika sudah kering akan tetapi apabila masih basah, maka harus menyisakan untuk mayit dengan syarat yang melakukan adalah keluarganya. Jika bukan keluarga atau pemiliknya maka secara mutlak tidak boleh.

Baca Juga :  Doa, Takdir, dan Candaan Tuhan

Berdasarkan nalar tekstualis maka dapat disimpulkan bahwa mencabut atau memangkas rumput dikuburan adalah tidak boleh. Akan tetapi ada beberapa dalil rasional yang menjadi pertimbangan untuk melakukan hal tersebut.

Beberapa makam ulama’ yang masyhur sebagai waliyullah cenderung terawat dan tidak ada satu rumput pun tumbuh, bahkan ditinjau dari segi tata bangunan cenderung menjadikan rumput atau tumbuhan apapun untuk tidak bisa tumbuh. Artinya sebelum rumput itu tumbuh dan memungkinkan sudah dicegah.

Baca Juga :  Ramadhan dan Kita yang Sibuk Sendiri

Lain daripada itu, apabila kuburan tersebut berada di tempat umum, maka pemilik akan mempunyai usulan kepada perawat makam atau yang ditugaskan untuk membersihkannya, karena dikhawatirkan ada ular yang memungkinkan bahaya.

Menurut dua dalil yang tersebut diatas, sebenarnya tidak menemukan titik pertemuan. Karena dalil pertama bersifat transenden dan kedua adalah bentuk preventif sebagai upaya keselamatan. Sedangkan menganalogikan kepada makam-makam ulama’ tidak bisa menjadi dasar, karena mempunyai konteks yang berbeda.

Paling dekat dari dua dalil tersebut adalah dengan memangkas rumput sebagian saja, kiranya tidak ada ular yang dapat bersembunyi dengan syarat berdasarkan izin dari pemiliknya.

Sekalipun begitu, kontroversi yang terjadi di masyarakat tidak bisa diselesaikan dengan menggunakan dalil larangan mencabut rumput di makam. Karena pada praktiknya mereka menghendaki makam keluarganya tampak bersih secara menyeluruh.

Lebih-lebih bagi mereka yang rajin dan mempunyai kedisiplinan untuk selalu datang berziarah dan tidak dapat dibandingkan dengan mereka yang jarang.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Setelah Ramadhan, Apa Kabar Ibadah Kita?
Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran
Dari Mustahik ke Miliarder Kecil, Riset Berikut Ungkap Rahasia Program Zakat di Malaysia yang Sukses Raih RM12.000 per Bulan
Manifesto Zakat: Cinta, Kemanusiaan, dan Keadilan
Mereguk Sahur, Meneguk Cahaya Ramadhan
Ramadhan dan Kita yang Sibuk Sendiri
Sekolah Tiga Bahasa Rukun Harapan Jember: Jodoh Perjuangan Gus Dur dengan Pendiri Yayasan
Bikin Haru, Jawaban Nyai Sinta Ketika Ditanya Tentang Kebiasaan Buka Puasa Gus Dur

Baca Lainnya

Rabu, 9 April 2025 - 07:16 WIB

Setelah Ramadhan, Apa Kabar Ibadah Kita?

Selasa, 1 April 2025 - 08:23 WIB

Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran

Kamis, 27 Maret 2025 - 21:23 WIB

Dari Mustahik ke Miliarder Kecil, Riset Berikut Ungkap Rahasia Program Zakat di Malaysia yang Sukses Raih RM12.000 per Bulan

Selasa, 25 Maret 2025 - 15:26 WIB

Manifesto Zakat: Cinta, Kemanusiaan, dan Keadilan

Selasa, 18 Maret 2025 - 18:52 WIB

Mereguk Sahur, Meneguk Cahaya Ramadhan

TERBARU

Gambar Gaya Komunikasi Gibran, Dikaji Sejumlah Peneliti (Sumber: Frensia Grafis)

Politia

Gaya Komunikasi Gibran, Dikaji Sejumlah Peneliti

Minggu, 20 Apr 2025 - 13:58 WIB