Diteliti, Waly Al-Khalidy Berperan Besar dalam Desain Otoritas Agama di Aceh

Minggu, 16 Februari 2025 - 04:42 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id - Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Islam Futura tahun 2025 mengungkap peran besar Waly Al-Khalidy dalam membentuk otoritas keagamaan di Aceh. (Sumber: Grafis Frensia)

Frensia.id - Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Islam Futura tahun 2025 mengungkap peran besar Waly Al-Khalidy dalam membentuk otoritas keagamaan di Aceh. (Sumber: Grafis Frensia)

Frensia.id – Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Islam Futura tahun 2025 mengungkap peran besar Waly Al-Khalidy dalam membentuk otoritas keagamaan di Aceh.

Studi ini dilakukan oleh Sehat Ihsan Shadiqin dan tim akademisinya dari berbagai universitas, yang mengeksplorasi kehidupan serta kontribusi ulama besar Aceh tersebut.

Sebagaimana diketahui, Abuya Muda Waly—nama lengkapnya Teungku Syekh Haji Muhammad Waly Al-Khalidy—adalah seorang ulama kharismatik dari Aceh Selatan. Istrinya, Ummi Hajjah Rabi’ah Jamil Jaho, pernah mencatat namanya sebagai Syekh Haji Muhammad Wali, Asyafi’i Mazhaban, wal Asy’ari Aqidatan, wan Naqsyabandi Thariqatan.

Lahir pada 1917 di Blang Poroh, Labuhan Haji, Aceh Selatan, Muda Waly tumbuh dalam lingkungan keagamaan yang kuat. Ayahnya, Syekh Haji Muhammad Salim, berasal dari Batusangkar, Sumatera Barat, sementara ibunya, Siti Janadat, merupakan keturunan Aceh asli.

Penelitian ini menyoroti bagaimana Muda Waly memainkan peran penting dalam pendidikan Islam, praktik sufi, dan dinamika politik keagamaan di Aceh. Sebagai pendiri Pondok Pesantren Darussalam di Labuhanhaji, ia menciptakan pusat pembelajaran Islam yang berpengaruh di wilayah tersebut.

Baca Juga :  Novel Keren! Melawan Agama Baru Manusia Modern, "Uang dan Pekerjaan Mapan"

Selain itu, ia juga berkontribusi dalam menyebarkan tarekat Naqshbandiyya Khalidiyya dan mempertahankan teologi Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja).

Tidak hanya di ranah pendidikan dan sufisme, Muda Waly juga aktif dalam politik keagamaan. Ia terlibat dalam Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), sebuah organisasi Islam tradisionalis yang kerap berhadapan dengan arus modernis dalam berbagai perdebatan keislaman.

Melalui PERTI, ia mempertahankan tradisi Islam yang berbasis pesantren serta berperan dalam membentuk jaringan otoritas ulama di Aceh.

Pendekatan penelitian ini menggunakan teori silsilah Foucault untuk menelaah bagaimana pemikiran dan otoritas Muda Waly terbentuk. Studi ini menelusuri latar belakang pendidikannya di Sumatra dan Mekkah, keterlibatannya dalam diskursus teologis, serta strategi politiknya dalam membentuk lanskap keagamaan Aceh.

Para peneliti berpendapat bahwa warisan intelektual Muda Waly tidak hanya berkaitan dengan pendidikan dan sufisme, tetapi juga merupakan proses kompleks dalam membangun otoritas keagamaan melalui negosiasi dan perlawanan terhadap gerakan yang bertentangan dengan nilai-nilai tradisional.

Baca Juga :  Dua Periset UNIB Teliti K.H.R. Ach. Fawaid As’ad Situbondo, Ulama' Politik Yang Menata Bangsa Dari Kehidupan Nyata

Salah satu temuan menarik dari penelitian ini adalah bagaimana Muda Waly membangun legitimasi keagamaannya melalui jejaring ulama, sistem pendidikan pesantren, dan penyebaran tarekat sufi.

Dengan pendekatan yang mengakar pada tradisi, ia berhasil mempertahankan eksistensi ajaran Islam tradisional di tengah perubahan zaman. Perlawanan terhadap gerakan modernis juga menjadi salah satu aspek yang memperlihatkan bagaimana otoritas keagamaannya terus diuji dan dikonstruksi ulang.

Peneliti menyimpulkan bahwa warisan epistemik Muda Waly tetap relevan dalam lanskap keagamaan Aceh dan Indonesia secara lebih luas. Studi lebih lanjut diharapkan dapat menggali bagaimana warisan pemikirannya terus berkembang di tengah tantangan teologis dan politik kontemporer.

Apakah nilai-nilai yang ia perjuangkan masih bertahan atau mengalami transformasi? Itu menjadi pertanyaan menarik bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

Dengan adanya penelitian ini, publik kini memiliki perspektif baru tentang peran Waly Al-Khalidy dalam membangun otoritas keagamaan di Aceh, sekaligus memberikan wawasan lebih luas tentang bagaimana tradisi keislaman berkembang di Nusantara.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Geliat Kerajinan Sangkar Burung di Desa Dawuhan Mangli Jember, Mampu Bertahan Sejak Tahun 1955
Dua Periset UNIB Teliti K.H.R. Ach. Fawaid As’ad Situbondo, Ulama’ Politik Yang Menata Bangsa Dari Kehidupan Nyata
Akademisi UNESA Teliti Kasus Nenek Asyani, Dorong Perbaikan Hukum di Indonesia
Cerita Alexander The Great kepada Aristoteles tentang Penjelajahannya di India
Penelitian Unik, Temukan Jenis Kentut yang Dapat Hangatkan Bumi
Kakek Prabowo Disebut Akan Diajukan Sebagai Pahlawan Nasional, Berikut Rekam Sejarah Perannya
Durasi Belanda Menjajah Indonesia: Sujiwo Tejo dan KH Abdul Mun’im Dz Beda, Siapa yang Benar?
Sex Pistols: Melampaui Musik dengan Pengaruh Abadi

Baca Lainnya

Jumat, 28 Februari 2025 - 17:02 WIB

Geliat Kerajinan Sangkar Burung di Desa Dawuhan Mangli Jember, Mampu Bertahan Sejak Tahun 1955

Minggu, 16 Februari 2025 - 11:31 WIB

Dua Periset UNIB Teliti K.H.R. Ach. Fawaid As’ad Situbondo, Ulama’ Politik Yang Menata Bangsa Dari Kehidupan Nyata

Minggu, 16 Februari 2025 - 05:07 WIB

Akademisi UNESA Teliti Kasus Nenek Asyani, Dorong Perbaikan Hukum di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 04:42 WIB

Diteliti, Waly Al-Khalidy Berperan Besar dalam Desain Otoritas Agama di Aceh

Sabtu, 15 Februari 2025 - 21:37 WIB

Cerita Alexander The Great kepada Aristoteles tentang Penjelajahannya di India

TERBARU

Kolomiah

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?

Rabu, 12 Mar 2025 - 08:30 WIB

Kolomiah

Ramadhan dan Negeri yang Gemar Menunda

Selasa, 11 Mar 2025 - 12:23 WIB

Religia

Tiga Tingkatan Puasa: Syariat, Thoriqoh, Hakikat

Selasa, 11 Mar 2025 - 10:05 WIB