Frensia.id – Kehadiran KH. Muhammad Balya Firjaun Barlaman atau yang akrab disapa Gus Firjaun pada Haul ke-44 Kiai Hamid di Pasuruan cukup mencerahkan02/09. Dalam pidatonya, ia tidak hanya mengenang sosok ulama kharismatik tersebut, tetapi juga menyinggung isu hangat yang sedang menjadi perbincangan publik, kenaikan pajak rakyat.
Gus Firjaun membuka pidatonya dengan perumpamaan sederhana. “Butuh biaya, kalau cuma 8 miliar untuk membangun gedung sipil, Pak,” ujarnya.
Ia merujuk pada realitas pembangunan yang membutuhkan dana besar. Ia kemudian membandingkannya dengan jumlah aset yang seharusnya bisa disita dari para koruptor.
“Berapa banyak yang dibawa itu oleh mereka-mereka yang kemudian dibebaskan. Ratusan, bahkan triliunan, Pak,” lanjutnya dengan nada prihatin.
Menurutnya, kerugian negara akibat korupsi sudah sangat parah. “Rusak kayak apa negara ini, kalau seperti itu,” tegasnya.
Gus Firjaun mengajak seluruh jemaah yang hadir untuk mendoakan para pemimpin agar dibukakan hatinya oleh Allah SWT. Ia membayangkan, jika seluruh aset hasil korupsi itu dapat digunakan secara maksimal, banyak persoalan bangsa yang bisa teratasi.
“Andai kata yang dibawa (dikorupsi) itu semua digunakan untuk membangun. Untuk tempat-tempat pendidikan. Mulai dari Pucuk Gunung sampai di perkotaan yang butuh itu, semua selesai, Pak,” ujar Gus Firjaun penuh harap.
Ia menekankan bahwa semestinya pemerintah tidak perlu menaikkan pajak. Karena untuk makan saja rakyat susah.
“Rakyat itu oleh makan kangelan, Pak. Astagfirullahaladzim. Sementara yang sana dijarno,” sindirnya.
Pidato ini menjadi pesan kuat dari Gus Firjaun agar pemerintah lebih serius dalam upaya perampasan aset koruptor. Ia yakin, jika aset-aset tersebut dikelola dengan baik untuk kemakmuran rakyat, persoalan di Indonesia akan tuntas. Tidak perlu menaikkkan pajak.
“Selesai, Pak, persoalan di Indonesia ini, Pak,” pungkasnya.
Penulis : Masima