Frensia.Id- Tiga Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD Soebandi, Balung, Kalisat) pemerintah di Jember mengalami krisis ketersediaan obat. Hal ini diakibatkan oleh Program Jaminan Kesehatan Rakyat Jember (J-Keren) yang awalnya dirancang gratis untuk warga kini meninggalkan hutang ratusan miliar.
Direktur RSD dr. Soebandi, dr. I Nyoman menyampaikan, Rumah Sakit Soebandi menanggung porsi terbesar karena merupakan RS rujukan utama di Jember. Akibat piutang yang menumpuk, kemampuan keuangan RS menurun secara drastis.
“Kondisi ini membuat pengadaan alat kesehatan, sarana-prasarana hingga pembayaran obat dan bahan habis pakai jadi terkendala,” katanya, Kamis (23/10/2025).
Selanjutnya kata dia, jika obat-obatan tidak tersedia, akan berdampak fatal bagi pasien kasus emergensi, kanker, jantung, stroke, ginjal. Pasalnya, pasien dengan kasus diatas membutuhkan ketersediaan obat yang bersifat segera.
“Ini menyangkut kecacatan, ancaman nyawa pasien dan penanganan dibawah standar yang beresiko hukum bagi tenaga medis,” ujarnya.
Kata dia, saat ini RS Soebandi masih menanggung tunggakan pembayaran obat lebih dari empat puluh delapan miliar. Hal ini berdampak pada hubungan buruk dengan para rekanan obat.
“Peran rekanan menunda pengiriman obat dan bahan habis pakai karena ada masalah keterlambatan pembayaran obat,” paparnya.
Nyoman menambahkan, berdasarkan SK Gubernur Jawa Timur tahun 2015, RSD Soebandi merupakan Rumah Sakit rujukan utama layanan kesehatan di tapal kuda. Jika ini tidak segera diselesaikan, maka citra Jember sebagai pusat pelayanan bisa terpengaruh-tidak baik.
“Maka dari itu, masalah ini harus segera terselesaikan. Kami ingin, Rumah Sakit di Jember ini menjadi modern dan green hospital yang mengutamakan kepentingan pasien,” tandasnya.
Sebagai informasi, akibat dari program J-Keren, total piutang mencapai angka Rp109 miliar. Angka ini merupakan akumulasi dari tahun 2022 (Rp35 miliar), 2023 (Rp35 miliar), dan lonjakan pada 2024 (Rp76 miliar).