Metode Penetapan Awal Bulan Ramadhan, Berikut 3 Sistem Hisab yang Sering Digunakan Untuk Menentukan Awal Bulan di Indonesia

Rabu, 28 Februari 2024 - 21:28 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi gambar dari laman bincang syariah

Ilustrasi gambar dari laman bincang syariah

Frensia.id – Sudah lumrah terjadi di Indonesia perbedaan pendapat mengenai ketetapan awal bulan dalam kalender Hijriah. Hal ini sering terjadi ketika menentukan awal bulan Ramdhan dan awal bulan Syawal.

Pemerintah Indonesia sendiri mempunyai Badan Hisab Rukyat Departemen Agama dibawah Kementerian Agama yang mempunyai fungsi melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan Hisab dan Rukyat. Hal ini sebagaimana Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 56 Tahun 2010 tentang Pembentukan Pengurus Badan Hisab dan Rukyat.

Hisab dan Rukyat dari badan tersebutlah yang digunakan Pemerintah dalam menentukan awal buldan dalam Halender Hijriah, termasuk awal Ramadhan dan Syawal. Untuk menentukan awal bulan kalender Hijriah, dibutuhkan wawasan pengetahuan ilmu falak.

Ilmu falak merupakan salah satu cabang dari ilmu astronomi yang secara khusus mengkaji tentang peredaran benda-benda langit seperti matahari dan bulan. Sementara metode yang biasanya digunakan dalam menentukan awal bulan ada dua, yakni metode Hisab dan Rukyat.

Rukyat merupakan metode dalam menentukan awal bulan dengan cara melihat dan mengamati bulan atau hilal (anak bulan) saat matahari terbenam. Sedangkat Hisab adalah metode menentukan awal bulan dengan cara menghitung waktu dan kedudukan matahari di saat-saat tertentu.

Baca Juga :  Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran

Adapun metode hisab yang digunakan di Indonesia dalam menentukan awal bulan Ramadhan mempunyai 3 sistem hisab sebagaimana disusun dalam buku saku Hisab Rukyat sebagai berikut.

Hisab Urfi

Hisab Urfi merupakan sistem hisab yang sangat sederhana, sebab sistem ini hanya didasarkan pada garis-garis besar waktu peredaran bulan mengelilingi bumi saja. Dalam sistem Hisab Urfi umur bulan senantiasa bergantian antara 30 hari dan 29 hari.

Untuk bulan ganjil 30 hari dan 29 hari untuk bulan genap, kecuali untuk bulan Dzulhinah ketika tahun kabisat diberi umur 30 hari.

Akan tetapi sistem hisab urfi sudah dikategorikan pada hisab yang tidak dapat digunakan untuk menentukan awal bulan, karena sifat pekiraan perhitungannya masih terbilang kasar.

Hisab Taqribi

Hisab Taqribi merupakan sistem perhitungan posisi benda langit berdasarkan gerak rata-rata benda langit itu sendiri, sehingga hasilnya cenderung mendekati kebenaran.

Baca Juga :  Tema Harlah ke-91 GP Ansor Resmi Diluncurkan, Kasatkornas Banser: Satu Komando dan Bisa Dibariskan

Dalam sistem hisab taqribi, umur bulan tidak tentu selalu bergantian antar 30 hari dan 29 hari, akan tetapi yang menjadi acuan adalah ijtima’. Antara ijtima’ terjadi sebelum Matahari terbenam atau setelah Matahari terbenam.

Apabila ijtima’ tersebut terjadi sebelum matahari terbenam, sudah bisa dipastikan saat matahari terbenam hilal sudah di atas ufuk (positif). Sementara sebaliknya, jika ijtima’ terjadi setelah matahari terbenam, maka ketika matahari terbenam dipastikan hilal masih di bawah ufuk (negatif).

Hisab Hakiki

Hisab hakiki merupakan sistem penentuan awal bulan dengan cara penentuan kedudukan bulan saat terbenam. Cara atau proses menentukan terjadinya ghurub matahari untuk suatu tempat. Sehingga dapat diperhitungkan bujur matahari, bujur bulan, dan data-data yang lain dengan koordinat ekliptika (ijtima’).

Perhitungan ini diproyeksikan untuk mengetahui jarak sudut lintasan matahari dan bulan pada saat terbenamnya matahari. Sehingga dapat ditentukan berapa tinggi bulan disaat matahari terbenam dan nilai azimuthnya.

Data yang dipakai dalam hisab ini sangat beraneka ragam sesuai dengan kepustakaan yang digunakan.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Sebanyak 782 Ijazah Diantar ke Rumah Siswa Secara Gratis, Cabdin Jember: Tak Ada Lagi Penahanan Karena Tunggakan
Model Kurikulum Murray Print: Solusi Menggapai Pendidikan Progresif
Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran
Pandangan Plato Mengenai Swasembada
Tentang Protes RUU TNI, Komentar Deddy Corbuzier Dianggap Keliru
Apa Peranan Tentara Apabila Tidak Ada Perang? Begini Penjelasan Pakar Politik Militer
Akademisi Jadi Budak Politisi: Hilangnya Marwah Perguruan Tinggi
Dituding Adanya Pungutan Pada Sekolah di Jember, Begini Tanggapan MKKS SMK Swasta Kabupaten Jember

Baca Lainnya

Selasa, 15 April 2025 - 21:54 WIB

Sebanyak 782 Ijazah Diantar ke Rumah Siswa Secara Gratis, Cabdin Jember: Tak Ada Lagi Penahanan Karena Tunggakan

Sabtu, 5 April 2025 - 17:32 WIB

Model Kurikulum Murray Print: Solusi Menggapai Pendidikan Progresif

Selasa, 1 April 2025 - 08:23 WIB

Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran

Senin, 24 Maret 2025 - 20:45 WIB

Pandangan Plato Mengenai Swasembada

Minggu, 23 Maret 2025 - 19:15 WIB

Tentang Protes RUU TNI, Komentar Deddy Corbuzier Dianggap Keliru

TERBARU

Opinia

Meluruskan Makna Kemanusiaan

Jumat, 18 Apr 2025 - 06:34 WIB

Kolomiah

Belajar dari Arsenal dan Real Madrid: Part II

Kamis, 17 Apr 2025 - 12:29 WIB