Frensia.id – Tanpa terasa, bulan puasa akan menyapa lagi umat muslim seluruh dunia. Banyak keutamaan pada bulan ini, diantaranya ialah dilipat gandakannya pahala amal ibadah dan diampuninya dosa-dosa.
Tentu, seorang muslim sejati tidak ingin melewatkannya dengan sia-sia, bahkan menginginkan amal sholeh di bulan puasa akan diganjar dengan sempurna.
Oleh karena itu, hal paling utama yang penting untuk diperhatikan bersama adalah menata niat. Niat dalam beribadah menjadi kunci utama, dan menjadi pembeda antara pekerjaan yang sama ketika dikerjakan dalam waktu serta situasi berbeda. Shalat dzuhur dan ashar sama-sama dilaksanakan dengan empat rakaat, yang membedakannya adalah niatnya.
Demikian halnya dalam puasa, kalau hanya sekedar puasa, banyak puasa yang dipraktikkan oleh selain orang Islam di seluruh dunia.
Utamanya dalam dunia medis, seringkali ketika ingin menjalankan dan setelah operasi para dokter menganjurkan serta mewajibkan pasiennya untuk berpuasa.
Bahkan, puasa juga dipraktikkan oleh agama-agama di luar Islam. Lalu, apa yang akan membedakannya dengan puasa yang dilaksanakan oleh Umat Islam? Jawabannya tentu: Niatnya.
Untuk itu, Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, M.A dalam Majalah Kesehatan Muslim Edisi I Tahun I menguraikan perincian niat puasa dari para Ulama:
Pertama, niat menjalankan ibadah kepada Allah dengan berpuasa di bulan Ramadhan.
Niat ini merupakan niat yang paling utama dan paling mendasar. Tanpa niat ini amalan seorang muslim tidak akan diterima oleh Allah, dan sama sekali tidak bernilai sebagai ibadah.
Bahkan, bisa saja puasa yang dilaksanakan bukan hanya akan merasakan haus dan lapar, tetapi juga menjadi kemaksiatan.
Kedua, niat meneladani Rasulullah atau Ittiba’ dalam ibadah puasanya.
Secara praktik, ketika bulan puasa tiba, seorang muslim hendaknya membayangkan sedang mengamati bagaimana Rasulullah SAW menjalankan ibadah puasa selama Ramadhan.
Niat semacam ini adalah niat kedua yang paling mendasar agar puasa seorang muslim bernilai ibadah dan mendatangkan pahala.
Walau demikian, ternyata niat semacam ini seringkali dilupakan, kemudian melaksanakan ibadah puasa hanya sekedar mengikuti kebiasaan dan perilaku orang lain. Wallahu A’lam…
Bersambung… Bagian II.