“Their typical urban lyrics has become Silampukau’s identity”.
_M Fatah Yusiawan
Frensia.id- Akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM) tertarik mengkaji salah satu band Indie yang membahas persoalan ruang perkotaan. Salah satu lagu yang dikaji mereka adalah lirik lagu “Bola Raya”.
Dunia musik tanah air sangat unik. Yang dinyanyikan tidak hanya soal urusan hati, namun juga persoalan kritik kehidupan sosial masyarakat. Bahkan bukan hanya band rock, musik folk yang umumnya romantis juga sering dipakai dalam melakukan kritik sosial kemasyarakatan.
Salah satunya sepertinya dilakukan oleh Silampukau. Para musisinya, Kharis Junandharu (vokal/gitar) Eki Tresnowening (vokal/gitar) dan Rhesa (kontra bass) begitu getol menampilkan lagu-lagu yang unik dan kritis.
Salah satu yang baru-baru ini tenar adalah lagu berjudul “Bola Raya”. Bait-bait dalam lirik lagu ini tampak bercerita tentang nasib dan aduan pada pemain bola di perkotaan.
Lagu dibawakan dengan nada yang khas, dan tampak sederhana. Namun, syarat akan makna kritik dan sesuai dengan masalah saat ini.
Tidak mengherankan, jika akademisi UGM bernama M Fatah Yusiawan begitu tertarik untuk mengkaji lagu tersebut. Ia berupaya meneliti pesan-pesan kritik yang ada dalam bait-baitnya.
Temuan penelitian disusun sebagai syarat menyelesaikan strata 1 jenjang pendidikannya. Bahkan karya telah terpublikasi dalam repository UGM sendiri, tahun 2018.
Baginya, dalam subkultur indie, ada semangat untuk melawan dominasi industri musik mainstream yang sudah distandarisasi. Walaupun juga tidak ditolak bahwa operasinya dalam infrastruktur ekonomi indie kadang juga memakai logika kapitalisme.
Namun, hingga saat ini, ideologi musik Indie seperti Silampukau, Banda Neira dan semacamnya, masih bisa ditemukan lirik-lirik yang memiliki makna perlawanan dan kebebasan. Jadi, sebenarnya tetap dapat dianggap bahwa musik indie memberikan kebebasan kepada musisi untuk menciptakan karya tanpa adanya pengekangan, menekankan pada keunikan dan orisinalitas.
Salah satunya lagu, yang menarik perhatiannya adalah lagu “Bola Raya” karya Silampukau tersebut. Lagu ini dianggapnya menonjolkan keunikan dalam lirik-lirik mereka yang penuh makna, menggambarkan kehidupan sebagai warga perkotaan.
Dalam memahami lirik lagu tersebut secara mendalam, ia menggunakan analisis wacana kritis. Analisisnya berupaya menghubungkan teks yang bersifat mikro dengan konteks masyarakat yang lebih besar atau makro secara kritis.
Setelah melakukan analisis yang mendalam, tampak makna yang dibangun dalam lagu tersebut, mengkritisi pembangunan tata ruang kota yang diskriminatif. Silampukau melalui lagu tersebut mengupayakan mengkritik tata kelola yang tidak memberikan ruang pada orang miskin, walau hanya untuk sekedar main bola.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan sendiri setiap baitnya di bawah ini:
Bola Raya
Kami main bola di jalan raya
Beralaskan aspal, bergawang sandal
Tak peduli ada yang mencela
Terus berlari mencetak angka
Kami rindu lapangan yang hijau
Harus sewa dengan harga tak terjangkau
Tanah lapang kami berganti gedung
Mereka ambil untung, kami yang buntung
Kami hanya main bola
Tak pernah ganggu gedungmu
Kami hanya main bola
Persetan dengan gedungmu
Memang kami tak paham soal akta
Sertifikat tanah dan omong kosong lainnya
Kami hanya ingin main bola
Zonder digugat, zonder didakwa