“Lewat media lagu, Silampukau mencoba untuk menghadirkan realitas baru yang menjadikan elemen pembentuk Identitas Kota Surabaya”
_Caesaryandi
Frensia.id- Akademisi Universitas Airlangga (UNAIR) tertarik mengkaji salah satu karya band Indie asal Surabaya. Temuannya mencengangkan, lirik-lirik telah membongkar identitas kota Surabaya yang dianggap kurang religius.
Hal yang perlu disyukuri dari kreativitas dunia musik dalam negeri. Mereka tidak hanya bernyanyi untuk kesenangan saja. Akan tetapi, kadang-kadang banyak musisi yang karyanya menjadi inspirasi pada pengamat dari seluruh sektor kehidupan masyarakat.
Salah satunya sepertinya dilakukan oleh Silampukau. Para musisinya, Kharis Junandharu dan Eki Tresnowening banyak membawakan lagu syarat akan makna, bahkan dianggap telah membongkar bobroknya kehidupan masyarakat di sebuah daerah.
Diantaranya adalah daerah kota Surabaya yang mereka sering bahas dalam lirik lagu-lagunya. Beberapa liriknya seperti dalam lagu Bianglala, Si Pelanggan dan Malam Jatuh di Kota Surabaya.
Ketiga lagu ini menyadarkan bahwa telah ada mengungkap identitas kota Surabaya. Khususnya, dalam kehidupan gemerlap malamnya.
Hal demikian ini yang diungkap oleh sala satu akademisi Universitas Airlangga. Namanya, Bayu Aditya Caesaryandi. Ia mengkaji ketiga lagu tersebut sebagai tugas akhir menempuh studi Ilmu Sosial Politik.
Penelitiannya telah dilakukan pada tahun 2016 silam. Hasil penelitiannya bahkan telah terpublish Repostitory UNAIR.
Frensia.id menilai penelitian ini sangat menarik. Pasalnya, mengungkap fenomena penggambaran identitas Kota Surabaya dari aspek fisik dan non-fisik dalam sudut pandang karya musisi.
Band Silampukau, band yang dikajinya, dianggap telah menghadirkan realitas baru yang membentuk elemen-elemen identitas Kota Surabaya. Ia menemukannya pada tiga lirik lagu yakni “Bianglala,” “Si Pelanggan,” dan “Malam Jatuh di Surabaya”.
Agar kajian lebih rinci, ia memakai sudut pandang Roland Barthes. Tentu demi melakukan pembongkaran pada makna dalam ketiga lirik lagu dari aspek segi denotasi dan konotasinya.
Melalui metode ini, peneliti menemukan Taman Remaja Surabaya, Lokalisasi Dolly, hingga Jalan Ahmad Yani berposisi sebagai wilayah penting dalam membentuk identitas kota Surabaya sendiri.
Ia mengungkapkan bahwa dari elemen itu Surabaya menjadi tampil sebagai wilayah yang mengalami perlemahan pada sisi nilai religiusitasnya. Khususnya, dalam konteks masyarakat perkotaan dan realitas sosial ekonominya.
Dengan demikian, melalui analisis lirik lagu Silampukau, Caesaryandi telah mendapatkan padangan yang lebih dalam dan berbeda tentang identitas kota Surabaya.