Bagi Orang Yang Harus Cuci Darah Saat Bulan Puasa, Berikut Rekomendasi Pakar NU

Selasa, 26 Maret 2024 - 03:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi, Sumber; Freepik

Ilustrasi, Sumber; Freepik

Frensia.id- Semua muslim pada bulan Ramdhan, wajib melaksanakan puasa. Salah satu batalnya puasa adalah memasukkan benda ke tubuh. Lantas bagaimana bagi orang yang diwajibkan cuci darah karena faktor kesehatan?

Hal demikian sebenarnya telah banyak dikaji oleh beberapa pakar agama, utamanya tokoh Nahdlatul Ulama’. Organisasi ini memiliki banyak tokoh yang fokus mengkaji hukum-hukum fiqh kontemporer dalam Islam.

Salah satunya adalah, Prof. Dr. KH. Imam Ghozali Said. Ia adalah salah satu tokoh senior dari Ikatan Keluarga Alumni Nahdlatul Ulama (IKA-NU) di Mesir. Beliau menempuh pendidikan di Mesir pada awal tahun 1980-an.

Ia menjadi salah satu figur penting dalam jaringan dan komunitas NU di Mesir, memberikan kontribusi yang berharga dalam pengembangan serta pemahaman ajaran-ajaran Islam di IKA-NU.

Pada konteks problematika ibadah puasa, ia menulis buku berjudul, “Puasa dalam Dimensi Fiqh Sufistik”. Buku diterbitkan oleh Harian Bangsa pada tahun 2018 kemarin.

Pada buku tersebut, ia menceritakan bahwa ada seorang dokter dari Surabaya menanyakan tentang dirinya yang harus cuci dara di bulan puasa. Intinya, ia bertanya, “Apakah cuci darah yang dilakukan ayahnya dapat membatalkan puasa?”.

Pertanyaan ini sangat masuk akal, sebab Proses “cuci darah” atau hemodialisis biasanya memerlukan pemberian cairan dan penggunaan perangkat medis untuk membersihkan darah dari limbah dan zat-zat berbahaya karena ginjal tidak lagi berfungsi secara optimal.

Baca Juga :  Ramadhan, Kebodohan, dan Kepalsuan

Sedangkan dalam Islam, hukum puasa berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Dalam kasus orang yang menjalani hemodialisis, proses ini biasanya membutuhkan pemberian cairan intravena untuk menggantikan cairan yang hilang selama proses, serta mungkin adanya penggunaan obat-obatan yang diberikan melalui saluran intravena juga.

Kedua hal ini dapat memengaruhi keadaan tubuh secara signifikan. Dalam banyak kasus, ulama mengizinkan orang yang menjalani hemodialisis untuk tidak berpuasa karena kondisi kesehatan mereka dan kebutuhan untuk minum dan menerima cairan yang sangat penting untuk menjaga kestabilan fisik mereka. Kesehatan dan keamanan seseorang dalam hal ini menjadi prioritas utama.  

Menanggapi hal ini Prof Ghozal Said menjelaskan bahwa proses “cuci darah” yang dialami oleh ayahnya secara teknis memenuhi kriteria membatalkan puasa dalam Islam. Ini karena proses tersebut melibatkan memasukkan bahan-bahan cair ke dalam tubuh secara sengaja, yang termasuk dalam hal-hal yang membatalkan puasa.

Namun, dalam Islam, ada pengecualian yang diberikan untuk orang-orang yang sakit atau dalam kondisi darurat. Sebabnya, cuci darah merupakan bagian dari perawatan yang diperlukan untuk kesehatan ayah Anda, maka hukum Islam memperbolehkan untuk tidak berpuasa.

Baca Juga :  KH Musleh Adnan, Sebut Pesantren Nurul Jadid Tak Hanya Lahirkan Pejabat

Baginya, kesehatan dan keselamatan seseorang diutamakan dalam Islam. Jika memungkinkan, melakukan proses cuci darah pada malam hari akan lebih baik untuk menjaga ibadah puasa.

Namun, jika kondisi memerlukan cuci darah pada siang hari, maka ayahnya diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Dalam hal ketidakmampuan untuk berpuasa karena kondisi kesehatan yang kronis, seperti yang dialami oleh ayah dokter tersebut.

Islam memberikan dispensasi. Ayahnya dapat membayar fidyah sebagai pengganti puasa yang ditinggalkan, yaitu memberikan makanan pokok seberat 1 mud (sekitar 1,25 kg) kepada orang miskin setiap kali ia tidak berpuasa.

Semua ini sesuai dengan prinsip-prinsip dalam agama Islam yang menekankan rahmat, kemanusiaan, dan pengecualian dalam kondisi-kondisi tertentu yang memerlukan perlakuan yang berbeda sesuai dengan keadaan tertentu juga.

Hal demikian sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut,

وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ

…dan diwajibkan bagi orang-orang yang tidak mampu berpuasa untuk memberi membayar fidiah berupa makanan kepada orang miskin…” (Qs. al-Baqarah [2] : 184)

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Mereguk Sahur, Meneguk Cahaya Ramadhan
Marak Pasien Kesulitan Berobat Gratis di Jember, Wabup Djoko Susanto: Bagaimanapun Keadaannya, Tugas Pemerintah Daerah Adalah Memperhatikan Kesejahteraan Masyarakat
Ramadhan dan Kita yang Sibuk Sendiri
Sekolah Tiga Bahasa Rukun Harapan Jember: Jodoh Perjuangan Gus Dur dengan Pendiri Yayasan
Bikin Haru, Jawaban Nyai Sinta Ketika Ditanya Tentang Kebiasaan Buka Puasa Gus Dur
Viral Pedagang Bakso Jember Diringkus Polisi Diduga Gelapkan Uang Arisan 3 M, Begini Kronologinya
Doa, Takdir, dan Candaan Tuhan
Tiga Tingkatan Puasa: Syariat, Thoriqoh, Hakikat

Baca Lainnya

Selasa, 18 Maret 2025 - 18:52 WIB

Mereguk Sahur, Meneguk Cahaya Ramadhan

Senin, 17 Maret 2025 - 07:00 WIB

Marak Pasien Kesulitan Berobat Gratis di Jember, Wabup Djoko Susanto: Bagaimanapun Keadaannya, Tugas Pemerintah Daerah Adalah Memperhatikan Kesejahteraan Masyarakat

Sabtu, 15 Maret 2025 - 17:41 WIB

Ramadhan dan Kita yang Sibuk Sendiri

Sabtu, 15 Maret 2025 - 06:14 WIB

Sekolah Tiga Bahasa Rukun Harapan Jember: Jodoh Perjuangan Gus Dur dengan Pendiri Yayasan

Sabtu, 15 Maret 2025 - 03:59 WIB

Bikin Haru, Jawaban Nyai Sinta Ketika Ditanya Tentang Kebiasaan Buka Puasa Gus Dur

TERBARU

Opinia

Negara atau Rentenir? STNK Mati, Motor Ikut Pergi

Rabu, 19 Mar 2025 - 05:57 WIB

Kolomiah

Mereguk Sahur, Meneguk Cahaya Ramadhan

Selasa, 18 Mar 2025 - 18:52 WIB

Dag Solstad Tutup Usia (Ilustrasi: Prase)

Destinia

Dag Solstad, Sastrawan Terbesar Norwegia Tutup Usia

Senin, 17 Mar 2025 - 22:14 WIB