Frensia.id — Dalam peringatan Harlah Rijalul Ansor ke-13 di Masjid Jami’ Baitul Amin Jember, Senin (19/08), KH. Abdullah Syamsul Arifin (Gus Aab) hadir sebagai narasumber utama.
Dalam kesempatan itu, ia banyak membahas tentang kelompok khawarij, sebuah golongan yang dalam sejarah Islam dikenal keluar dari barisan kaum muslimin.
Di tengah pemaparannya, salah satu kader Ansor Jember, Muhammad, mengajukan pertanyaan kritis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Dalam konteks pemilihan politik, apakah semua yang berbeda barisan bisa disebut khawarij?”
Menanggapi hal tersebut, Gus Aab memberikan penjelasan menyejukkan.
“Kalau saat pemilihan, mau memilih siapa saja itu boleh. Tapi keluar dari pemimpin yang sah, itulah khawarij,” tegasnya.
Gus Aab kemudian memberikan perumpamaan sederhana dengan praktik shalat berjamaah. Sebelum shalat dimulai, jamaah memilih siapa yang layak menjadi imam.
Namun ketika imam sudah ditentukan dan shalat telah berlangsung, maka tidak dibenarkan lagi ada yang keluar dari barisan.
“Pilihlah ketika anda harus memilih. Tapi kapan kita harus memilih, dan kapan kita harus menerima yang telah terpilih, itu yang harus dipahami,” jelasnya.
Jawaban tersebut langsung mendapat sambutan positif dari hadirin. Gus Aab menegaskan bahwa perbedaan pilihan politik adalah hal yang wajar, tetapi menjaga persatuan setelah adanya pemimpin yang sah adalah kewajiban.
“Tindakan khawarij yang keluar dari produk hukum yang telah disepakati bersama”, tegasnya saat ditanya standar konkretnya oleh kader ansor yang lain.
Acara Harlah Rijalul Ansor ke-13 di Jember jadi forum dialog untuk memperkuat pemahaman kader dalam menyikapi dinamika sosial, politik, dan keagamaan.
Penulis : Mas Imam