Frensia.id- Kenapa masih tertarik membahas masalah haid? Tentunya karena haid termasuk kodrat dan salah satu problematika yang wajib dipelajari seorang perempuan sebab berhubungan dengan batal-tidak ibadahnya.
Selain itu, tidak dipungkiri, perempuan merupakan sosok sentral yang banyak mempengaruhi kehidupan sosial. Bahkan ada yang mengatakan bahwa perempuan merupakan madrasah pertama bagi anak-anaknya sejak dini.
Maka, tidak berlebihan jika seorang perempuan muslim diwajibkan dalam mempelajari seluruh ilmu, utamanya yang berkaitan dengan amalnya sendiri.
Alasan demikian yang membuat pemahaman tentang haid penting untuk dipelajari bagi setiap perempuan. Alasannya, ilmu tersebut sangat erat dengan rutinitas ibadahnya. Jika amal dan ibadah baik, baik juga masyarakat dan anak-anaknya.
Hukum Mempelajari Ilmu Haid
Ada kitab berjudul Uyunul Masa-il Linnisa’ yang diterbitkan Lajnah Bahtsul Masa-il Madrasah Hidayatul Mubtadi Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Di dalamnya, dijelaskan banyak tentang masalah-masalah yang harus dipahami perempuan, termasuk masalah haid.
Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa Fardu ‘ain bagi perempuan untuk mempelajari masalah haid. Sedangkan bagi laki-laki adalah fardu kifayah.
Disebut fardu ‘ain bagi perempuan karena setiap perempuan pasti mengalaminya. Jadi tidak ada pengecualian, setiap perempuan wajib mempelajarinya.
Sedangkan disebut fardu kifayah bagi laki-laki karena permasalahan haid tidak bersentuhan langsung dengan rutinitas ibadahnya. Mempelajarinya, hanya agar kaum laki-laki muslim punya tambahan bekal dalam menegakkan ajaran agama dan juga sebagai keperluan Ifta’ (Fatwa) bagi orang-orang terdekatnya maupun secara luas.
Usia Minimum Perempuan Haid
Haid atau yang biasa disebut menstruasi secara lughot (harfiah) mempunyai arti “mengalir”. Sedangkan secara Syara’ haid adalah darah yang keluar dari alat kelamin seorang perempuan bukan disebabkan sakit atau melahirkan.
Adapun usia minumum perempuan haid adalah 9 tahun. Tentunya, 9 tahun ini berbeda jika dilihat dan diperinci dari berbagai perhitungan jenis tahunnya.
Pada tahun hijriyah atau qomariyah, usia minimumnya adalah 9 tahun kurang 16 hari kurang sedikit secara alami. Berbeda jika dilihat dari Tahun Masehinya, usia 9 tahun sama dengan usia 8 tahun 11 bulan 14 hari lebih sedikit.
Bahkan ada yang berpendapat lebih rinci lagi, usia 9 tahun jika dikonversi ke Masehi yaitu 8 tahun 8 bulan 23 hari 19 jam 12 menit.
Bisa saja, darah yang mengalir di usia tersebut atau lebih tidak disebut haid, jika keluarnya disebabkan faktor lain. Misalnya, darah keluar karena disebabkan penyakit ataupun disebabkan melahirkan, itu tidak dinamakan darah haid.
Lama Perempuan Haid
Batasan minimal darah haid adalah 24 jam atau disebut satu hari satu malam. Sedangkan umumnya bisa 6-7 hari 6-7 malam. Maksimalnya, bisa 15 hari atau 15 malam.
Sedangkan batasan minimal masa suci haid bagi perempuan adalah 15 hari 15 malam (setengah bulan). Jadi jika seorang perempuan telah mencapai minimal masa suci yaitu 15 hari dari hari haid sebelumnya terus keluar darah lagi adalah pertanda menstruasi.
Lantas berapa hari perempuan haid? Paling lambatnya adalah satu hari. Sedangkan maksimalnya adalah 15 hari 15 malam.
Jika seorang perempuan mengeluarkan darah melebihi 15 hari, maka tidak disebut darah haid. Darah yang mengalir bisa darah Istihadloh/fasad atau darah penyakit.
Seluruh penjelasan yang didasarkan Uyunul Masa-il Linnisa’ di atas, adalah ilmu yang wajib dipahami oleh satiap perempuan. Bagi laki-laki dapat dijadikan pegangan untuk pertimbangan hukum bagi istri, ataupun masyarakat luas secara umum. (‘)