Berbagi Kesedihan, Jalan Sunyi Menuju Kesalehan Sosial

Selasa, 11 Februari 2025 - 21:41 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id – Kesalehan sosial sering kali diidentikkan dengan tindakan nyata yang bersifat material—memberi sedekah, membantu fakir miskin, membangun fasilitas umum, atau menyantuni anak yatim. Namun, ada bentuk lain dari kesalehan sosial yang sering luput dari perhatian: berbagi kesedihan.

KH. Mohammad Al-Faiz Sa’di, seorang kiai muda yang merupakan keturunan Pondok Pesantren An-Noqoyah Guluk-Guluk Sumenep dan kini mengasuh Ponpes Jalaluddin Rumi di Jember, menjelaskan idkhāl as-surūr, yaitu membahagiakan hati orang lain dengan cara apa pun yang kita miliki. Jika kita punya harta, kita bisa berbagi dengan harta. Jika kita punya tenaga, kita bisa membantu dengan tenaga. Namun, bagaimana jika kita tidak memiliki keduanya?

Menurutnya, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan berbagi kesedihan. Jika seseorang datang mengeluhkan masalah hidupnya—misalnya tentang utang, kehilangan pekerjaan, atau konflik rumah tangga—dan kita tidak bisa membantunya secara materi, maka kita bisa membantu dengan cara lain: mendengarkannya dengan penuh empati dan, jika perlu, berbagi cerita tentang kesulitan yang lebih berat dari yang ia alami.

Sekilas, ini terdengar aneh. Bukankah berbagi kesedihan justru akan menambah beban orang lain? Tidak selalu. Justru, dalam banyak kasus, seseorang merasa lebih baik ketika menyadari bahwa ia tidak sendirian dalam menghadapi masalah. Dalam psikologi, fenomena ini dikenal sebagai downward social comparison, di mana seseorang merasa lebih ringan bebannya ketika mengetahui bahwa ada orang lain yang menghadapi cobaan yang lebih besar.

Baca Juga :  Simbolisasi Ibadah Kurban, Gus Aab: Sembelihlah Hawa Nafsunya!

Di sinilah konsep idkhāl as-surūr menjadi lebih luas dari sekadar memberi kebahagiaan secara materi. Dalam Islam, kesalehan sosial tidak hanya diukur dari sedekah dan bantuan fisik, tetapi juga dari sejauh mana seseorang bisa menghadirkan ketenangan bagi orang lain. Rasulullah ﷺ bersabda: “Perbuatan yang paling dicintai Allah adalah memasukkan kebahagiaan ke dalam hati seorang Muslim.” (HR. Thabrani)

Membahagiakan orang lain tidak harus selalu dengan memberi sesuatu yang tampak. Menjadi pendengar yang baik, misalnya, adalah bentuk sederhana dari kesalehan sosial. Dalam kehidupan modern yang serba sibuk, banyak orang tidak memiliki tempat untuk berbicara tentang masalahnya. Menyediakan waktu untuk mendengarkan seseorang tanpa menghakimi atau menyela adalah ibadah kecil yang dampaknya bisa sangat besar.

Selain itu, menunjukkan empati juga bisa menjadi jalan kebahagiaan bagi orang lain. Terkadang, seseorang tidak membutuhkan solusi, melainkan hanya ingin didengar dan dipahami. Ungkapan sederhana seperti “Saya paham perasaanmu” atau “Saya pernah mengalami hal serupa, bahkan perih perih dari masalahmu” bisa menjadi penghiburan yang luar biasa.

Baca Juga :  Dari Idul Fitri hingga Idul Adha: Agama Tak Pernah Lupa Kemanusiaan

Di sisi lain, dalam perspektif Islam, setiap ujian adalah bentuk kasih sayang Allah. Mengingatkan seseorang pada nilai kesabaran dan keikhlasan bisa menjadi bentuk lain dari berbagi kebahagiaan. Namun, tentu saja, nasihat ini harus disampaikan dengan kelembutan, bukan dengan sikap menggurui.

Terkadang, seseorang merasa terjebak dalam masalahnya sendiri dan sulit melihat jalan keluar. Dengan berbagi pengalaman atau kisah orang lain yang berhasil melewati kesulitan, kita bisa memberikan harapan dan sudut pandang baru bagi mereka.

KH. Mohammad Al-Faiz Sa’di, yang juga merupakan salah satu dari 13 Da’i Internasional PBNU tahun 2023 yang dikirim ke Korea Selatan, mengingatkan bahwa membahagiakan orang lain tidak selalu harus dengan materi. Kata-kata yang menenangkan, kehadiran yang mendukung, dan empati yang tulus bisa menjadi bentuk lain dari ibadah sosial.

Kesalehan sosial bukan hanya tentang membantu secara fisik, tetapi juga tentang menghadirkan ketenangan di hati orang lain. Maka, jika kita tak mampu membantu seseorang dengan uang atau tenaga, setidaknya kita bisa berbagi kesedihan. Sebab, dalam empati dan kebersamaan, ada kebahagiaan yang tak ternilai harganya.*

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Pondok Pesantren Fathur Rahman Gelar Wisuda Kitab Kuning dan Resmikan Cabang MAKTUBA di Jember
Sinergi! Kemenag dan LD PBNU Kuatkan Kesadaran Ekoteologi Melalui Masjid
Tawadhu’! Pengasuh Pesantren Nurul Jadid Bicara Tentang Titel Pendidikannya
SMART, Tawaran Strategis Prof Hepni, Saat Hadiri Sosialisasi Percepatan Sertifikasi Tanah Wakaf
Menyelami Makna Dialog  Nabi Ibrahim dan Ismail
Simbolisasi Ibadah Kurban, Gus Aab: Sembelihlah Hawa Nafsunya!
Dari Idul Fitri hingga Idul Adha: Agama Tak Pernah Lupa Kemanusiaan
Ragam Ukuran Kemampuan Berqurban: Telaah Lintas Mazhab

Baca Lainnya

Senin, 16 Juni 2025 - 19:16 WIB

Pondok Pesantren Fathur Rahman Gelar Wisuda Kitab Kuning dan Resmikan Cabang MAKTUBA di Jember

Jumat, 13 Juni 2025 - 09:08 WIB

Tawadhu’! Pengasuh Pesantren Nurul Jadid Bicara Tentang Titel Pendidikannya

Rabu, 11 Juni 2025 - 12:27 WIB

SMART, Tawaran Strategis Prof Hepni, Saat Hadiri Sosialisasi Percepatan Sertifikasi Tanah Wakaf

Jumat, 6 Juni 2025 - 18:20 WIB

Menyelami Makna Dialog  Nabi Ibrahim dan Ismail

Jumat, 6 Juni 2025 - 07:25 WIB

Simbolisasi Ibadah Kurban, Gus Aab: Sembelihlah Hawa Nafsunya!

TERBARU

Educatia

Meluruskan Narasi Jokowi soal Pemakzulan Satu Paket

Senin, 16 Jun 2025 - 11:59 WIB