Berikut Penelitian Yang Anggap Majlis Shalawat Bisnis Waralaba

Senin, 22 April 2024 - 07:30 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Penelitian Yang Anggap Majlis Shalawat Bisnis Waralaba (Sumber: Freepik)

Gambar Penelitian Yang Anggap Majlis Shalawat Bisnis Waralaba (Sumber: Freepik)

Frensia.id- Ada penelitian yang menilai majlis shalawat sebagai bisnis waralaba keagamaan. Tradisi bershalawat seolah sudah merata di Indonesia.

Tidak heran, jika fenomena ini tidak luput dari pengematan kelompok akademisi perguruan tinggi. Banyak riset mengenai fenomena yang lagi menjamur tersebut. Yang mencengangkan, ada yang menilainya sebagai waralaba agama. 

Salah satu diantaranya adalah penelitian yang dilalukan oleh seorang akademisi Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Nur Rosyid. Ia menyusun riset berjudul, “Pembentukan Hasrat Bershalawat Bersama Habib dalam Konteks Kapitalisme Lanjut di Indonesia“.

Hasil temuannya dipublikasi dalam Repository UGM pada tahun 2015. Lokusnya adalah sholawat-sholawat yang digagas oleh para habaib.

Ia memansang pergelaran shalawat bersama yang digagas oleh habaib (habib-habib) telah mengalami perkembangan pesat di berbagai daerah di Indonesia. Termasuk di antaranya Ahbabul Musthofa dari Solo, Jawa Tengah.

Dijelaskan bahwa kala itu telah banyak umat Muslim mulai tertarik dan ingin bergabung. Yang demikian dianggap mencerminkan kecenderungan dalam praktik dan pemahaman dalam menikmatin dzikir-dzikir agama.

Baca Juga :  Tuhan, Maaf Puasaku Masih Egois

Ada yang sisi yang diteliti oleh Nur Royid, yakni shalawat yang selama ini cenderung dianggap sebagai aktivitas keagamaan dan sebagai aktivitas seni dengan fokus pada aspek estetika. Keduanya tentu saling berhubungan.

Adapun pendekat yang dipakai untuk melihat fenomena tersebut adalah antropologi inderawi dengan metode etnografi multimodal. Hal tersebut digunakan untuk memahami pengalaman pelaku dalam menyoroti hubungan antara agama dan seni.

Melalui perspektif pendekatan demikian, Nur Rosyid cenderungan ini memahami realitas majlis sholawat sebagai hasrat dan praktik konsumerisme. Yang pada akhirnya, menampilkan bentuk berupa pengalaman inderawi.

Hasil kesimpulan pengamatannya, menunjukkan bahwa acara Shalawat Bersama menjadi wadah pembentukan hasrat. Bentuknya menggabungkan dimensi religius dan estetis, dengan konsep kedamaian sebagai inti.

Pembentukan hasrat tersebut dipengaruhi oleh kehadiran habaib Hadrami yang telah lama berakar di Indonesia. Acara shalawat bersama, yang awalnya dimulai dari maulid, ternyata tidak hanya sebagai ekspresi cinta kepada Nabi, tetapi juga menjadi sarana untuk melembagakan silsilah sayyid.

Baca Juga :  Sya'ban bulan Sholawat, Memandu Cinta pada Nabi

Shalawat bersama ternyata juga menjadi ritus penginstitusian genealogi sayyid dan eksklusivitasnya,” tulis Rosyid dalam abstraksi risetnya.

Selain itu, Nur Rosyid juga menjelaskan bahwa pada era kapitalisme modern, acara Shalawat Bersama dan majelisnya berkembang mengikuti logika pemasaran bisnis modern. Ia mengklaim mirip dengan waralaba.

Alasan klaim demikian, didasarkan pada adanya proses yang melibatkan pembentukan gerakan keagamaan dengan cara mendirikan cabang-cabang di berbagai daerah. Pendirian cabang itu ditujukan untuk mengarahkan praktik keagamaan tertentu sesuai dengan standar tertentu sebagaimana waralaba bisnis modern.

Melalui sub-sub pelembagaan yang ada di daerah-daerah, ada upaya memperkuat kecenderungan mencari kedamaian melalui manipulasi persepsi dan indera.

Kedamaian tersebut diproduksi berulang-ulang. Proses demikian yang disebutnya sebagai hiperestesis, dimana sesorang tergantung secara berlebih untuk mendapatkan kedamaian secara berlebih dari majlis sholawat. (‘)

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Setelah Ramadhan, Apa Kabar Ibadah Kita?
Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran
Dari Mustahik ke Miliarder Kecil, Riset Berikut Ungkap Rahasia Program Zakat di Malaysia yang Sukses Raih RM12.000 per Bulan
Manifesto Zakat: Cinta, Kemanusiaan, dan Keadilan
Mereguk Sahur, Meneguk Cahaya Ramadhan
Ramadhan dan Kita yang Sibuk Sendiri
Sekolah Tiga Bahasa Rukun Harapan Jember: Jodoh Perjuangan Gus Dur dengan Pendiri Yayasan
Bikin Haru, Jawaban Nyai Sinta Ketika Ditanya Tentang Kebiasaan Buka Puasa Gus Dur

Baca Lainnya

Rabu, 9 April 2025 - 07:16 WIB

Setelah Ramadhan, Apa Kabar Ibadah Kita?

Selasa, 1 April 2025 - 08:23 WIB

Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran

Kamis, 27 Maret 2025 - 21:23 WIB

Dari Mustahik ke Miliarder Kecil, Riset Berikut Ungkap Rahasia Program Zakat di Malaysia yang Sukses Raih RM12.000 per Bulan

Selasa, 25 Maret 2025 - 15:26 WIB

Manifesto Zakat: Cinta, Kemanusiaan, dan Keadilan

Selasa, 18 Maret 2025 - 18:52 WIB

Mereguk Sahur, Meneguk Cahaya Ramadhan

TERBARU

Gambar

Politia

DPR Desak PTPN XII Segera Perbaiki Jalan Rusak di Jember

Jumat, 11 Apr 2025 - 18:46 WIB

Kolomiah

Di Liga Champions UEFA, Menang Justru Lebih Melelahkan

Kamis, 10 Apr 2025 - 18:09 WIB

Kolomiah

Belajar dari Arsenal dan Real Madrid

Rabu, 9 Apr 2025 - 14:01 WIB

Gambar Real Madrid: Sang Juara 15 UCL, Dipermalukan Arsenal! (Sumber: Grafis Frensia)

Sportia

Real Madrid: Sang Juara 15 UCL, Dipermalukan Arsenal!

Rabu, 9 Apr 2025 - 08:56 WIB