“Sepotong Senja Untuk Pacarku” merupakan kompilasi cerpen yang ditulis oleh Seno Gumira Ajidarma dengan waktu yang saling terpaut jauh. Meskipun begitu antara satu cerpen dengan cerpen lainnya mempunyai tali penghubung dalam tema penceritaan, yaitu senja. Karena semuanya selalu menceritakan senja dan tepi pantai sebagai latarnya.
Dalam buku ini memuat 16 cerpen yang kemudian dibagi dalam tiga bagian. Pertama, trilogi Alina, menyajikan tiga cerpen, membahas mengenai surat yang dikirim oleh sukab, yaitu sepotong senja yang diantar lewat pos untuk Alina.
Kedua, peselancar agung, memuat sepuluh cerpen, dan terakhir, atas nama senja, memuat tiga cerpen.
Karena jumlahnya yang 16 buah cerpen, Seno Gumira Ajidarma dalam pengantarnya mengibaratkannya dengan pizza, dimana setiap potongan cerita memiliki bentuknya yang mandiri, tetapi dapat dihubungkan satu sama lain.
Begitu juga dengan pengantarnya, Ajidarma memberikan tajuk dengan “Senja Potongan Pizza”. Karena dari ke-16 cerpen layaknya pizza adalah potongan dari senja. Pembaca akan menikmati satu potong pizza dengan sensasi menikmati senja, dari tiap-tiap cerita.
Sebenarnya cerpen-cerpen tersebut bukanlah satu kesatuan melainkan keterpisahan dan keterserakan dari beberapa tahun.
Semisal “Sepotong Senja Untuk Pacarku” pertama kali diterbitkan oleh harian Kompas pada hari Minggu, 09 Februari 1991. Sedangkan “Jawaban Alinan” dan “Tukang Pos dalam Amplop” ditulis pada bulan februari tahun 2021.
Begitu juga dengan potongan pizza cerita tentang senja yang lain, ada yang selesai ditulis pada tahun 2005, 2006 dan 2007.
Memang pada umumnya sebuah buku kumpulan cerpen, penulis tidak sengaja untuk membukukan. Selang beberapa tahun, baru kemudian Seno Gumira Ajidarma mempunyai inisiatif untuk mengumpulkannya menjadi sebuah buku.
Sajian dalam buku ini, pertama dimulai dari pengantar penulis, kemudian dibuka dengan sebuah prolog, yaitu puisi yang berjudul “seruling dilembah sunyi” syair dan lagu karya Vivekananda Leimena,1965.
Sebelum menampilkan cerpennya terlebih dahulu dimuat sepenggal bahasa Melayu tempo doeloe, oleh Eddy Suhardy, yang digunakan oleh Seno Gumira Ajidarma dalam pengantarnya sebagai antidote.
Terakhir setelah menyelesaikan seluruh potongan senja, ditutup dengan sebuah puisi karya Sutardji Calzoum Bachri, 1977, Sajak “Perjalanan Kubur” sebagai epilog.
Beberapa testimoni dari para pembaca, sebagaimana yang dicantumkan di sampul belakang buku, tertanggal 29 Januari 2001 18:11:00 yang ditujukan kepada penulis buku. Seno Gumira Ajidarma telah mewakili rasa pizza senja ini.
Dalam surat kirimannya atas nama Nathasa Azalea, ia menyatakan bahwa sebagai seseorang yang telah mengalami rabun senja sejak usia 10 tahun baru bisa menikmati senja lewat cerita-cerita Seno Gumira Ajidarma.
Tampaknya Ajidarma telah berhasil memburu bentuk senja paling menarik dengan sisipan fantasi lewat kepiawaiannya dalam menyihir pembaca dengan kata-kata.
Mungkin, tanpa harus terlalu yakin, buku ini tidak akan dinikmati oleh seluruh kalangan. Terkhusus untuk buku ini, karena tidak semua orang menyukai imajinasi yang berlebihan.
Beberapa kalangan ketika di ajak untuk memasuki dunia imajiner yang sebenarnya mereka mengerti bahwa seluruh yang ada disana sebenarnya adalah ilusi dan tidak pernah ada. Sehingga mereka telah memiliki suatu rasa kekecewaan bahkan sebelum membacanya.
Ini dikarenakan imajinasi akan hancur setelah melihat dunia yang benar-benar nyata. Kehancuran keindahan sekalipun dalam bentuknya yang tidak pernah ada adalah rasa sakit pula. Oleh karena itu, salah satu kesan pembaca, fantasi seno terlalu berlebihan karena memang tidak pernah ada dalam kenyataan.
Tetapi sebagai hal lain, harus diakui bahwa terasa nikmat dan renyah seluruh kalimat yang digunakan, tidak berbelit-belit, berjalan lancar dan mulus dalam syaraf memori pembaca.
Tiap-tiap kata yang mengantar kepada kalimat dan mengantar pada makna berjalan lurus dan lancar, tidak didapati kondisi tersendat saat memahami ataupun saat berimajinasi.
Dengan demikian, buku ini dan yang sejenisnya dapat diperhitungkan akan tetap bertahan di rak-rak buku sebagai koleksi dan rak-rak toko buku.