Death Wish, Film Aksi Adaptasi dari Novel Karya Brian Garfield

Ilustrasi gambar film Death Wish sumber tangkapan layar

Frensia.id – Death Wish, sebuah film aksi yang diadaptasi dari novel karya Brian Garfield, dengan skenario yang ditulis oleh Joe Eszterhas.

Film ini disutradarai oleh Michael Winner dan dibintangi oleh Charles Bronson sebagai karakter utamanya, Paul Kersey.

Film pertama dalam seri Death Wish dirilis pada tahun 1974, dan sejak itu telah menginspirasi beberapa sekuel dan remake. Berikut adalah review singkat tentang film aslinya, Death Wish (1974).

Bacaan Lainnya

Paul Kersey bekerja di sebuah rumah sakit yang berada di pinggiran kota Chicago, Amerika Serikat. Paul hidup bersama istrinya bernama Lucy (diperankan Elisabeth Shue), serta putri semata wayangnya, Jordan (Camila Morrone) dengan nyaman dan damai.

Sesuatu malam ketika Paul pergi ke rumah sakit, rumahnya didatangi tiga penjahat bersenjata. Hal ini menyebabkan istrinya terbunuh, sementara Jordan anaknya mengalami luka parah dalam kondisi koma.

Kejadian ini membuat Paul frustrasi, ditambah dengan tidak adanya kemajuan polisi dalam menangani kasus ini.

Paul Kersey memutuskan untuk membalas dendam dengan membunuh semua penjahat yang ada di jalanan.

Aksi Paul ini membuat kehebohan seisi kota dalam pemberantasan kejahatan, dan memberinya julukan “Grim Reaper”.

Banyak yang berpendapat bahwa Death Wish” merupakan film yang kontroversial karena tema dan pesan moralnya yang kompleks.

Film ini menggambarkan kekerasan sebagai bentuk pembalasan yang dibenarkan, dan hal ini telah mendapatkan kritik karena dianggap merangsang pemikiran vigilantisme.

Namun, film ini juga bisa dilihat sebagai refleksi kritis terhadap ketidakmampuan sistem hukum untuk melindungi masyarakat dari kejahatan.

Charles Bronson memberikan performa yang kaku namun efektif sebagai Paul Kersey, seorang pria yang dipaksa oleh keadaan untuk menjadi pembunuh.

Kekuatan film terletak pada karakterisasi Kersey yang perlahan berubah dari seorang warga negara yang patuh hukum menjadi seorang pembunuh yang tidak terkendali.

Secara visual, Death Wish menggunakan New York City sebagai latar belakang yang efektif untuk menunjukkan suasana gelap dan penuh ancaman.

Cinematografi yang tajam dan penggunaan lokasi nyata membantu membangun suasana ketegangan dan ketakutan yang meliputi kota.

Dari segi plot, film ini mungkin terasa sederhana dan terkadang berlebihan dalam kekerasannya.

Namun, Death Wish tetap memiliki daya tarik yang kuat karena mampu memicu diskusi tentang hukum, keadilan, dan bagaimana masyarakat harus merespons kejahatan.

Pada akhirnya, Death Wish adalah sebuah film yang menarik perhatian karena kontroversinya dan karena mampu menggambarkan isu-isu sosial yang kompleks.

Meskipun tidak semua orang setuju dengan pesan moral yang disampaikan, film ini tetap memiliki nilai sebagai sebuah karya yang membuat penonton berpikir tentang bagaimana masyarakat harus membalas terhadap kejahatan