Frensia.id— Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jember menjadi panggung harmoni malam itu. Bukan untuk sebuah ibadah seperti biasanya, melainkan ruang perjumpaan lintas iman dalam semangat moderasi beragama.
Di tempat inilah, gagasan toleransi digaungkan bersama oleh KUA Kecamatan Kaliwates, UIN KHAS Jember, serta tokoh lintas agama, pemuda, mahasiswa, dan aktivis ormas dalam kegiatan Pendampingan Duta Griya Moderasi Beragama Tahap IV, 30/07.
Kegiatan berlangsung hangat, dibuka oleh Tyas Suka Trisuwito, S.PAK., Penyelenggara Kristen dari Kemenag Jember, yang mengingatkan bahwa komunikasi lintas agama adalah fondasi penting dalam membangun kehidupan berbangsa yang damai. Ia menegaskan bahwa kerukunan tidak tumbuh dari kesamaan keyakinan, tetapi dari saling menghormati dan membuka ruang dialog.
Adriadi Novawan, S.Pd., M.Ed., selaku pimpinan Majelis GKI Jember, juga menyambut baik kegiatan ini. Ia menyampaikan bahwa kehadiran komunitas lintas agama di lingkungan gereja adalah sebuah langkah konkret membangun jembatan pemahaman antarumat.
Menurutnya, dialog seperti ini bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan upaya nyata merawat nilai-nilai kebersamaan.
Diskusi berjalan hidup di bawah panduan Mashur Imam, M.E., Penyuluh Agama Islam dari KUA Kaliwates. Ia mengajak seluruh peserta untuk tidak hanya bicara toleransi, tetapi menjadikannya sebagai cara pandang dan laku hidup sehari-hari.
Dalam pemaparannya, ia juga menggagas agar para Duta Moderasi dijadikan wadah ngaji lintas iman—tempat pemuda dari berbagai agama belajar, berdialog, dan berkarya bersama.
Dr. H. Shoni Rahmatullah Amrozi, M.Pd.I., dari UIN KHAS Jember, menegaskan bahwa moderasi beragama tidak mengarah pada kompromi keyakinan, melainkan bentuk kedewasaan dalam menyikapi perbedaan. Baginya, sikap adil dan seimbang merupakan kunci utama dalam merawat kehidupan beragama yang sehat.
Sementara itu, Yusuf Deswanto, S.S., M.Div., yang juga hadir sebagai penyuluh agama Kristen, memaparkan hasil penelitiannya bahwa pemuda Kristen justru mengalami penguatan iman lewat interaksi lintas iman yang sehat.
Ia menyampaikan bahwa dialog lintas agama tidak melemahkan iman, melainkan memperluas wawasan spiritual dan membentuk karakter yang lebih terbuka.
Melalui sambungan telepon, Muhammad Saiful Hadi selaku Koordinator Griya Moderasi menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat penting dalam memperkuat kapasitas Duta Griya. Ia menyebut Griya Moderasi bukan hanya tempat berkumpul, tetapi ruang strategis untuk merawat keberagaman dan membangun narasi perdamaian secara kolaboratif.
Antusiasme peserta begitu terasa sepanjang acara. Tidak hanya mendengarkan paparan, mereka juga saling berbagi pengalaman, berdiskusi, dan berkomitmen untuk merawat harmoni di lingkungan masing-masing.
Dari jantung Kota Jember, sebuah pesan damai dikirim ke seluruh penjuru: moderasi bukan lagi wacana, tetapi gerakan hidup bersama dalam keberagaman.