Frensia.id- Di Hari Santri, Penting membaca santri hebat yang memiliki keistimewaan untuk dapat mengambil peran mempertahankan bangsa. Mengisahkan tentang santri hebat demikian, As’ad Said Ali menulis buku The Intelligence Journey of a Santri.
As’ad Said Ali mengungkap sebuah kisah perjalanan hidup yang tidak biasa. Terlahir sebagai santri dari lingkungan pesantren, As’ad berhasil menembus dunia yang kerap dianggap tertutup dan penuh misteri: dunia intelijen.
Buku ini bukan hanya sebuah memoar, melainkan jendela yang membuka cakrawala baru tentang bagaimana pendidikan keagamaan tradisional dapat menjadi fondasi kokoh untuk menghadapi tantangan modern, khususnya dalam konteks keamanan nasional dan geopolitik global.
Melalui narasi yang penuh semangat, As’ad membagikan pengalaman pribadinya yang kaya dan beragam selama berkarir di Badan Intelijen Negara (BIN), di mana ia pernah menjabat sebagai Wakil Kepala BIN. Perjalanan As’ad sebagai santri hingga mencapai puncak dalam dunia yang penuh tantangan ini adalah bukti bahwa etika, spiritualitas, dan pengetahuan tradisional dapat berjalan seiring dengan tuntutan modernitas, termasuk dalam penanganan isu-isu keamanan negara.
Buku ini mendapat sambutan hangat dari berbagai tokoh nasional, termasuk Jenderal TNI (Purn.) Prof. Dr. AM Hendropriyono, mantan Kepala BIN periode 2001-2004. Menurut Hendropriyono,
“Buku ini adalah gudang fakta sejarah tentang lanskap geopolitik, yang dijalin dengan pengalaman pribadi penulis” Hendropriyono memuji kejujuran dan struktur narasi yang apik, serta bagaimana As’ad merangkum berbagai wawasan intelijen yang tajam dan mendalam sebagaimaan dilansir dalam website resmi galer buku LPES.
Tak kalah pentingnya, Dr. Muhammad AS Hikam, M.A., A.P.U, menyebut karya As’ad sebagai karya penting dalam literatur yang menggabungkan pengetahuan, pengalaman, dan kontribusi di bidang intelijen. Hikam terkesan dengan cara As’ad menyelipkan nilai-nilai budaya dan spiritualitas khas santri ke dalam kajian intelijen, sehingga buku ini tak hanya menawarkan wawasan tentang keamanan, tetapi juga perjalanan budaya bangsa Indonesia yang tengah menghadapi perubahan signifikan.
Sementara itu, Mayjen TNI (Purn.) Syamsir Siregar, mantan Kepala BIN periode 2004-2009, mengapresiasi kecerdasan As’ad dalam memaparkan setiap topik dan isu dengan pendekatan logika yang mendalam dan cerdas. Buku ini menurutnya, menghadirkan cakrawala peristiwa yang komprehensif, memberikan arahan visi terhadap peristiwa-peristiwa penting.
The Intelligence Journey of a Santri bukan hanya sekadar memoar, tetapi juga sebuah pelajaran bagi siapa saja yang tertarik untuk memahami dunia intelijen dan sejarah keamanan nasional Indonesia dari perspektif yang berbeda.
As’ad membuktikan bahwa seorang santri, yang dilatih dalam tradisi keislaman yang penuh disiplin, dapat mengembangkan pola pikir strategis yang dibutuhkan dalam dunia intelijen. Di balik kesederhanaan pesantren, tersembunyi potensi besar yang siap berperan dalam kancah global.
Buku ini menyentuh dimensi spiritual, intelektual, dan profesional dengan cara yang luar biasa, menghadirkan semangat bahwa setiap orang, dari latar belakang apapun, mampu memberikan kontribusi besar bagi bangsa jika berbekal keilmuan yang tepat dan dedikasi yang kuat. Membacanya seperti menjelajahi kembali akar budaya kita sembari menatap tantangan masa depan yang penuh dinamika.