Di Kaki Bukit Cibalak, Novel Yang Tuntas Gambarkan Kemiskinan Era 1970an

Friday, 4 October 2024 - 21:26 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Di Kaki Bukit Cibalak, Novel Yang Tuntas Gambarkan Kemiskinan Era 1970an (Sumber: Faiq Al Himam/Grafis)

Gambar Di Kaki Bukit Cibalak, Novel Yang Tuntas Gambarkan Kemiskinan Era 1970an (Sumber: Faiq Al Himam/Grafis)

Frensia.id-  Di Kaki Bukit Cibalak, karya Ahmad Tohari yang dianggap hebat dalam menggambarkan kemiskinan. Novel ini mengmbil latar kondisi kemiskinan era 1970an.

Saking meneriknya, beberapa akademisi banyak yang tertarik mengkajinya. Salah satunya, Dewi Ratnaningsih. Ia adalah akademisi dari STKIP Muhammadiyah Kotabumi.

Karyanya telah lama terbit. Pada tahun 2017 lalu telah dipublikasi dalam Edukasi Lingua Sastravolume 15.

Sastra merupakan medium paling efektif bagi seorang pengarang untuk menyampaikan berbagai ide, baik dalam bentuk tanggapan, kritik, sindiran, maupun reaksi terhadap realitas sosial. Karya sastra sering kali mencerminkan kehidupan masyarakat, sehingga melalui karya-karya tersebut, penulis dapat menawarkan sudut pandang beragam mengenai berbagai aspek kehidupan.

Hal ini terlihat jelas dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari, yang dengan sangat baik menyoroti realitas sosial, khususnya kemiskinan yang melanda masyarakat pada tahun 1970-an.

Baca Juga :  FTIK Championship UIN KHAS Resmi Ditutup, Dekan Dorong Peningkatan Kualitas Pembinaan Kemahasiswaan

Ahmad Tohari, sebagai pengarang, sangat piawai menggambarkan kondisi masyarakat miskin dalam novel tersebut. Salah satu aspek yang ia soroti adalah bagaimana kemiskinan membuat masyarakat harus berjuang keras hanya untuk bertahan hidup.

Misalnya, dalam novel ini, masyarakat lebih sering mengonsumsi singkong daripada nasi, yang mencerminkan keterbatasan ekonomi mereka. Gambaran ini memberikan kesan mendalam tentang betapa sulitnya kehidupan masyarakat pada masa itu, yang bahkan tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan dasar secara layak.

Selain itu, Ahmad Tohari juga menggambarkan kondisi perumahan yang tidak layak sebagai wujud kemiskinan. Masyarakat dalam novel ini digambarkan hidup di rumah-rumah yang jauh dari standar kenyamanan.

Salah satu tokoh dalam novel tersebut, Mbok Rolem, hanya memiliki sehelai pakaian sebagai simbol betapa parahnya kemiskinan yang dialaminya. Gambaran ini sangat jelas menunjukkan bahwa kemiskinan tidak hanya menggerogoti ekonomi masyarakat, tetapi juga martabat dan kesejahteraan mereka.

Baca Juga :  Penjelasan Pertamina Soal Antrean Panjang Biosolar di SPBU Jember

Melalui penggambaran tersebut, Ahmad Tohari seakan-akan mengajak pembaca untuk merenungkan keadaan sosial yang terjadi pada tahun 1970-an. Menariknya, meskipun novel ini ditulis beberapa dekade yang lalu, realitas kemiskinan yang digambarkan masih relevan hingga sekarang.

Banyak masyarakat di Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, menghadapi tantangan serupa dengan yang digambarkan dalam novel ini, baik dalam hal akses terhadap makanan, perumahan, maupun kebutuhan dasar lainnya.

Secara keseluruhan, Di Kaki Bukit Cibalak bukan hanya sekadar karya sastra, tetapi juga sebuah cermin sosial yang memperlihatkan bagaimana kemiskinan terus menjadi masalah struktural dalam masyarakat Indonesia.

Ahmad Tohari dengan cerdas menangkap kenyataan ini dan menuangkannya dalam cerita yang penuh makna, sekaligus memberikan kritik tajam terhadap situasi sosial-ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat pada masa itu dan hingga saat ini.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Logo Hari Amal Bhakti Ke-80 Kemenag Keren! Ternyata Buatan Sivitas UIN KHAS Jember
Tiga Cara Membaca Banjir di Sumatra Menurut August Comte
Langkah Kolaborasi Indonesia Gandeng BRI Hidupkan Semangat Membaca di Maluku Tengah
Direktur Pascasarjana UNIIB Banyuwangi Kaji Peranan Alumni UIN KHAS Jember di Masyarakat, Ini Hasilnya!
Kantin UIN KHAS Jember Diteliti, Ini Rekomendasi Jitu agar Lebih Profesional
Musim Hujan, Tebing Rawan Longsor Ancam Madrasah di Silo
FTIK Championship UIN KHAS Resmi Ditutup, Dekan Dorong Peningkatan Kualitas Pembinaan Kemahasiswaan
Viral Warga Jember Lintasi Area Pemakaman dengan Sepeda Motor

Baca Lainnya

Wednesday, 3 December 2025 - 22:43 WIB

Logo Hari Amal Bhakti Ke-80 Kemenag Keren! Ternyata Buatan Sivitas UIN KHAS Jember

Wednesday, 3 December 2025 - 12:12 WIB

Tiga Cara Membaca Banjir di Sumatra Menurut August Comte

Saturday, 22 November 2025 - 17:06 WIB

Langkah Kolaborasi Indonesia Gandeng BRI Hidupkan Semangat Membaca di Maluku Tengah

Friday, 21 November 2025 - 12:59 WIB

Direktur Pascasarjana UNIIB Banyuwangi Kaji Peranan Alumni UIN KHAS Jember di Masyarakat, Ini Hasilnya!

Wednesday, 19 November 2025 - 16:23 WIB

Kantin UIN KHAS Jember Diteliti, Ini Rekomendasi Jitu agar Lebih Profesional

TERBARU

Suasana depan kantor FIF GROUP (Foto: Istimewa).

Regionalia

Warga Jember Dipenjara Gegara Gadaikan Motor Kredit

Thursday, 4 Dec 2025 - 18:02 WIB

Suasana di salah satu SPBU Jember. (Foto: Frensia/Sigit)

Regionalia

Jelang Nataru, Hiswana Migas Pastikan Stok BBM di Jember Aman

Thursday, 4 Dec 2025 - 17:47 WIB