Diriset! Liberalisme Islam Tak Sama Dengan Barat

Diriset! Liberalisme Islam Tak Sama Dengan Barat
Gambar Diriset! Liberalisme Islam Tak Sama Dengan Barat (Sumber: Canvas)

“Thus, efforts to achieve better understanding and harmony between Islam and liberalism require an approach that is inclusive, critical, and based on cross-cultural and religious dialogue” Ahmad Fauzi Muslim Noor Sya’ban,Dkk

Frensia.id- Hubungan Liberalisme dan Islam hingga saat ini tetap menjadi perdebatan di kalangan Ummat Muslim sendiri. Ada yang menyatakan dapat dipertemukan, ada yang menyatakan tidak mungkin. Relasi telah diriset oleh beberapa akademisi. Ternyata liberalisme dalam Islam tidak dapat disemakan dengan yang terjadi di barat.

Beberapa akademisi dari jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia fokus mengkaji liberalisme dalam Islam. Mereka adalah Ahmad Fauzi Muslim Noor Sya’ban, Ahmad Munawar, Alma Ashofi Izzani dan Asep Abdul Muhyi.

Bacaan Lainnya

Riset mereka telah disusun dalam bentuk jurnal. Bahkan telah diterbitkan dalam Mushaf Journal pada tahun 2024 ini.

Mereka berupaya melakukan menela’ah gagasan hingga sejarah liberalisme di Barat dalam Islam. Baginya istilah “liberal” mulai digunakan dalam konteks politik di Inggris, Spanyol, dan Prancis pada tahun 1830-an, periode di mana banyak istilah politik modern mulai bermunculan.

Sedangkan definisinya, adalah paham kebebasan individu dari berbagai pembatasan yang diciptakan oleh dogma dan tradisi. Namun, dalam konteks politik Eropa dan Amerika saat ini, aliran liberal secara historis, digunakan untuk membedakan para pendukungnya dari kaum sosialis dan tradisionalis.

Ternyata, menurut mereka, liberalisme juga pernah terjadi dalam dunia Islam. Mereka mendeteksinya dari era Al-Thaẖthâwî, Qosim Amin, Abd Al-Râziq hingga Rasyîd Ridhâ di dunia Arab adalah merupakan tokoh-tokoh yang sering disebut sebagai aktor liberalisme Islam.

Walaupun demikian, dalam temuan penelitiannya mereka menyebutkan, bahwa liberalisme barat tidak disamakan dengan apa yang disebut-sebut sebagai liberalisme dalam Islam. Keduanya memiliki latar sejarah yang berbeda.

Baginya mereka, baik di dunia Islam maupun di Barat, sebenarnya memiliki akar dari gagasan ide-ide pemikir Yunani dan dipengaruhi oleh karya Ibn Rusyd. Namun, dalam konteks agama, liberalisme Islam tidak bersaing secara langsung dengan apa yang terjadi di Barat.

Di dunia Islam, liberalisme lebih fokus pada interpretasi progresif dan rasional dari ajaran agama, sementara di Barat, liberalisme lebih menekankan pada kebebasan individu dan pemisahan antara agama dan negara.

Tidak mengherankan, jika mereka menyarankan bahwa untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam dan harmoni antara Islam dan liberalisme, perlu usaha yang keras. Diperlukan pendekatan yang inklusif dan lebih kritis yang didasarkan pada dialog antarbudaya dan antaragama.