“the local community is trusted by the Government as the manager of Blekok Village Tourism“
Frensia.id- Ditemukan! ada 3 kunci suksesnya pengembangan wisata desa yang saat ini telah masyhur di Situbondo. Hal demikian telah diungkap oleh seorang akademisi dari salah satu kampus negeri di Jember.
Akhmad, salah seorang peneliti yang berasal dari program studi sosiologi, Universitas Negeri Jember (UNEJ) tertarik pada upaya pengembangan wisata yang terletak di desa Klatakan. Pasalnya, wisata tersebut disebut-sebut bersumber dari inisiasi masyarakat.
Kempung Blekok sendiri, dilansir dari data Jadesta Kemenparekraf, masuk dalam wisata yang dikembangkan berbasis pada burung air dan konservasi Mangrove. Inisiatornya adalah desa, khususnya masyarakat pesisir sendiri yang terdiri dari 260 KK.
Keunggulan dari wisata desa ini adalah bukan hanya mempersembahkan keindahan laut, burung dan pepohonan Mangrove. Para pengujung dapat juga belajar mengembangkan tanaman laut. Jadi mereka dapat belajar proses pembibitan, penanaman, dan perawatan mangrove, serta melakukan pengamatan.
Penamaan “Blekok” pada wisata desa tersebut, dilatar belakangi dari banyak burung berjenis Ardidae. Burung iniyang umum disebut Blekok.
Hal demikian juga terlihat dalam Peraturan Bupati Situbondo tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati. Wisata Blekok ditetapkan sebagai kawasan hutan bakau yang menjadi tempat burung Blekok berkembang biak.
Keindahan wisata yang menakjubkan demikian, ternyata diprakarsai oleh masyarakat setempat. Hal demikian yang membuat Akhmad meletakkan perhatian akademisnya pada Kampung Blelok.
Temuannya telah diterbitkan pada tahun 2023 lalu. Dipublikasi oleh dengan judul, “The Role Of Communities And Environmental Services In The Development Of Blekok Kampung Tourism In Situbondo East Java District” dalam Konfrensi Nasional Mitra Fisip (KONAMI).
Berdasar proses analisis yang dilakukannya, ia menemukan 3 kunci penting suksesnya pengembangan wisata desa ini. Ketiganya tidak lepas dari peran aparat desa setempat, Klatakan Kendit Situbondo.
Solidaritas Menjaga Hutan Mangrove
Pemerintah desa Klatakan berhasil mengembangkan Kampung Blekok melalui penggalangan solidaritas warga setempat untuk tidak menebang pohon mangrove. Pohon tersebut merupakan ekosistem vital bagi kawasan pesisir.
Melalui berbagai inisiatif dan kampanye, para aparat desa mendorong warga untuk berpartisipasi aktif dalam upaya penghijauan kembali hutan mangrove yang rusak. Target yang dicapai, keseimbangan ekosistem dan dapat mengamankan garis pantai dari erosi.
Tegas Melindung Burung Blekok
Kepala Desa Klatakan juga mengambil langkah tegas dalam melindungi burung Blekok. Burung ini merupakan spesies burung air yang menjadi salah satu daya tarik utama kawasan desa wisata ini.
Aparat desa berupaya secara berkelanjutan mencegah segala bentuk penangkapan Blekok. Mereka menjaga agar burung-burung tersebut dapat kembali ke habitat alaminya dengan aman. Langkah demikian tidak hanya membantu melestarikan populasi burung Blekok, tetapi juga memperkuat daya tarik ekowisatanya.
Kepercayaan Dinas Lingkungan Hidup
Selain kedua upaya di atas, tampaknya yang memainkan peran kunci adalah adanya dukungan dari Dinas Lingkungan Hidup. Aparat desa dan masyarakat berupaya serius untuk agar dinas dapat memberikan dukungan pada mengembangkan potensi Wisata Desa Blekok.
Dengan visi dan komitmen warga, mereka Dinas Lingkungan Hidup akhir bersama-sama mengadvokasi pentingnya pengembangan pariwisata berbasis lingkungan yang berkelanjutan. Bahkan juga berupaya meningkatkan daya saingnya. (*)