Fadli Zon Kunjungi House of Arie Smit, Sebut Cocok Jadi Museum

Minggu, 5 Januari 2025 - 01:43 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Fadli Zon Kunjungi House of Arie Smit, Sebut Cocok Jadi Museum (Sumber: Media X Fadli Zon)

Gambar Fadli Zon Kunjungi House of Arie Smit, Sebut Cocok Jadi Museum (Sumber: Media X Fadli Zon)

Frensia.id Fadli Zon, yang saat ini menjabat sebagai Menteri Kebudayaan Republik Indonesia dalam Kabinet Merah Putih di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, menyampaikan apresiasi besar terhadap nilai historis dan artistik rumah pelukis legendaris Arie Smit di Ubud, Bali.

Dalam kunjungannya, ia menegaskan bahwa rumah tersebut sangat pantas untuk diabadikan sebagai museum. Fadli Zon, yang juga menyandang gelar Datuak Bijo Dirajo Nan Kunian, menyebut rumah itu sebagai jejak penting peradaban seni rupa Indonesia.

Fadli Zon, yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia periode 2014–2019, menyatakan kekagumannya terhadap House of Arie Smit.

Dalam akun pribadinya di media sosial X (dulu Twitter), Fadli membagikan momen kebersamaannya dengan keluarga Arie Smit dan Pak Neka, tokoh seni Bali yang turut mendukung perjalanan hidup maestro tersebut.

“House of Arie Smit, rumah maestro pelukis Arie Smit (1916–2016) di Ubud, Bali, bersama Pak Neka dan keluarga. Ini kediaman Arie Smit selama 25 tahun yang disediakan oleh Pak Neka. Sangat cocok menjadi Museum Arie Smit,” tulis Fadli Zon, 5/01/2025.

Bahkan ia mengatakan rumah tersebut sangat penting. Jika ada penelitian tentangnya, perlu dilanjutkan.

“Jelas situs penting jejak peradaban masa lalu dan kita harus teruskan penelitiannya.” tambahnya.

Pernyataan Fadli Zon mengenai pentingnya mengabadikan rumah Arie Smit sebagai museum mendapat perhatian dari berbagai pihak. Salah satunya adalah Andi Arief, seorang tokoh politik yang aktif di media sosial. Dalam tanggapannya, ia menggarisbawahi pentingnya penelitian mendalam untuk memastikan setiap langkah pelestarian didasarkan pada data yang valid.

Baca Juga :  Perseteruan Thomas Shelby dengan Oswald Mosley Belum Selesai, Apakah Diselesaikan pada Peaky Blinders 2025?

“Kalau selama ini sepertinya ada pro dan kontra, akar masalahnya adalah ada sekelompok peneliti yang hanya memiliki data atas permukaan situs dan ada peneliti-peneliti yang memiliki data di atas dan di bawah permukaan situs. Intinya: perbedaan objek dan metode penelitian,” ungkap Andi Arief dalam responsnya.

Pendapat Andi Arief ini menunjukkan bahwa meskipun gagasan mengubah rumah Arie Smit menjadi museum mendapat dukungan luas, proses pelaksanaannya memerlukan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif. Penelitian mendalam serta koordinasi antara berbagai pihak, mulai dari pemerintah, akademisi, hingga komunitas seni, akan menjadi kunci sukses dalam merealisasikan gagasan tersebut.

Gagasan menjadikan rumah Arie Smit sebagai museum tidak hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga tentang memberikan inspirasi bagi generasi mendatang.

Sebagai salah satu tokoh penting dalam perkembangan seni rupa modern di Indonesia, Arie Smit telah meninggalkan warisan yang tak ternilai. Museum yang didedikasikan untuk dirinya akan menjadi tempat edukasi, refleksi, dan apresiasi terhadap seni.

Arie Smit, yang lahir di Zaandam, Belanda pada 15 April 1916, adalah salah satu pelukis legendaris yang telah memberikan kontribusi besar bagi dunia seni rupa Indonesia. Ia belajar seni rupa di Akademi Seni Rupa, Rotterdam, sebelum akhirnya berangkat ke Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1938. Sebagai seorang karyawan sekaligus tentara Belanda, tugas utamanya adalah membuat litografi yang berkaitan dengan topografi alam Indonesia.

Baca Juga :  Membaca Islam, Lewat Sorot Mata Sosiolog Jepang

Dedikasi Arie Smit terhadap seni tidak hanya terlihat dari karya-karyanya, tetapi juga dari perannya sebagai dosen di Institut Teknologi Bandung. Pada tahun 1956, ia memulai babak baru dalam hidupnya di Pulau Dewata, Bali. Di sanalah ia meninggalkan jejak yang abadi, terutama melalui gerakan melukis Seniman Muda yang dimulai pada tahun 1959.

Gerakan ini lahir dari inisiatifnya untuk mengajar anak-anak berbakat di Bali seni melukis, yang kemudian melahirkan gaya khas seni Bali modern.

Rumah yang kini dikenal sebagai House of Arie Smit adalah tempat di mana sang maestro menghabiskan 25 tahun terakhir hidupnya. Rumah ini disediakan oleh Pak Neka, seorang kolektor seni terkenal yang juga pendiri Museum Neka di Ubud. Keberadaan rumah ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang Arie Smit dalam dunia seni hingga akhir hayatnya pada tahun 2016.

Sebagai Menteri Kebudayaan, Fadli Zon telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam melestarikan warisan budaya Indonesia. Dukungan terhadap House of Arie Smit sebagai museum adalah salah satu langkah nyata dalam mewujudkan visi tersebut.

Dengan kolaborasi semua pihak, rumah Arie Smit di Ubud dapat menjadi salah satu ikon kebudayaan yang membanggakan Indonesia di kancah dunia.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

“Menulis Kreatif dan Berpikir Filosofis”, Buku Panduan Bagi Penulis Pemula
Strategi Bertahan Warung Mie Nyonyor Rest Jubung-Jember, Pernah Dikaji Akademisi
Ngenest, Film yang Menceritakan Perasaan Traumatis Sebagai Keturunan Tionghoa
Membaca Islam, Lewat Sorot Mata Sosiolog Jepang
Mangir, Drama yang Mengungkap Bobroknya Moral Kekuasaan
7 Potensi Musibah Pantai Drini, Salah Satunya Jadi Penyebab Siswa SMP 07 Mojokorto Kehilangan Nyawa
Pantai Drini Rawan Tsunami, Bahkan Periset Telah Perkirakan Dampaknya, Jika Terjadi
Pantai Drini Berbahaya! Sebenarnya Telah Diteliti Sejumlah Pakar UGM

Baca Lainnya

Minggu, 16 Februari 2025 - 22:08 WIB

“Menulis Kreatif dan Berpikir Filosofis”, Buku Panduan Bagi Penulis Pemula

Minggu, 9 Februari 2025 - 03:00 WIB

Strategi Bertahan Warung Mie Nyonyor Rest Jubung-Jember, Pernah Dikaji Akademisi

Rabu, 5 Februari 2025 - 20:27 WIB

Ngenest, Film yang Menceritakan Perasaan Traumatis Sebagai Keturunan Tionghoa

Selasa, 4 Februari 2025 - 08:54 WIB

Membaca Islam, Lewat Sorot Mata Sosiolog Jepang

Rabu, 29 Januari 2025 - 23:32 WIB

Mangir, Drama yang Mengungkap Bobroknya Moral Kekuasaan

TERBARU

Kolomiah

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?

Rabu, 12 Mar 2025 - 08:30 WIB

Kolomiah

Ramadhan dan Negeri yang Gemar Menunda

Selasa, 11 Mar 2025 - 12:23 WIB

Religia

Tiga Tingkatan Puasa: Syariat, Thoriqoh, Hakikat

Selasa, 11 Mar 2025 - 10:05 WIB