Fakta Unik Tradisi Tahlilan Muslim Madura Setiap Ada Orang Meninggal

Ilustrasi, Sumber; Tradisi Tahlilan Sumberanyar Situbondo

Frensia.id- Umumnya setiap orang akan berdo’a, apabila ada anggota keluarganya yang meninggal. Setiap suku, adat dan daerah kadang berbeda-beda cara mendo’akannya. Ada yang unik, yakni tradisi tahlilan masyarakat muslim Madura.

Adapun fakta keunikan tradisi tersebut adalah sebagaimana berikut ini;

Waktu Pelaksanaannya

Bacaan Lainnya

Pada umumnya, mendo’akan orang meninggal dilakukan saat hari kejadian. Kemudian, dilanjutkan setiap tahun hari peringatan kewafatannya. Tradisi pelaksanaan Tahlilan Muslim tidak hanya di waktu tersebut.

Waktunya telah ditentukan. Entah dari mana asal mulanya, tahlilan digelar dengan formula waktu yang unik.
Jika diurai, tampak dilakukan dengan hitungan hari berjenjang yang unik. Dilaksanakan 7 hari beruntun dari hari wafat, hari ke 40, hari ke 100 dan ke 1.000.

Bentuk ritualnya

Bukan hanya dalam hal waktunya, bentuk ritualitasnya juga unik. Tampaknya dipengaruhi oleh dua tradisi yang berbeda.

Ada pengaruh tradisi Islam. Hal demikian terlihat dalam lantunan do’a yang dipanjatkan. Terdiri dari dzikir, sholawat dan do’a. Bacaan tersebut dibumikan oleh para ulama’.

Juga dipengaruhi oleh tradisi Jawa dan Hindu Budha. Fakta demikian ada pada ritual pembakaran keminyan yang telah umum dikenal pada masyarakat pra Islam.

Menyajikkan Makanan Tradisional

Hal unik lainnya adalah pada sajian menu makanan saat pelaksanaannya. Ada beberapa tidak mungkin ditemukan dalam masyarakat modern atau eropa sekalipun.

Beberapa makanan mesti ada dalam setiap perayaannya, dikenal dengan nama sompel, dodol dan lain semacamnya. Hal demikian menandakan Tahlilan juga sebagai medium pelestari makanan kuliner tradisional

Dihadiri Banyak Masyarakat

Keunikan lainya, adalah tentang masyarakat yang hadir. Pada kegiatan tahlilan di hari pertama hingga ketujuh kewafatan, tanpa diundang seluruh masyarakat desa berduyung-duyung untuk ikut serta membaca do’a secara sukarela.

Adapun tahlilan di hari ke 40, 100 dan ke seribu, yang hadir adalah sanak famili dan undangan. Walaupun demikian acaranya, tetap ramai dan meriah.

Keunikan di atas, yang membuat beberapa pakar memandang tradisi tahlilan sangat unik secara sosiologis. Misalnya penelitian berjudul, “The Local Wisdom and Purpose of Tahlilan Tradition” karya Andi Warisno dan ZA Tabrani.

Riset yang terbit pada tahun 2018 menjelaskan Tahlilan selalu diikuti oleh sanak famili. Tradisi tersebut dipandang untuk menghibur keluarga yang sedang berduka cita.