Gaya Debat Gibran, Dikaji Akademisi Dari Sudut Pandang Retorika Aristoteles

Minggu, 20 April 2025 - 14:33 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Gaya Debat Gibran, Dikaji Akademisi Dari Sudut Pandang Retorika Aristoteles (Sumber: Grafis Frensia)

Gambar Gaya Debat Gibran, Dikaji Akademisi Dari Sudut Pandang Retorika Aristoteles (Sumber: Grafis Frensia)

Frensia.id — Kemunculan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden dalam Pemilu 2024 tidak hanya menjadi perhatian publik, tetapi juga menarik minat kalangan akademisi untuk menelaah gaya komunikasinya.

Penampilan Gibran dalam debat cawapres yang dianggap tenang, lugas, dan penuh kepercayaan diri, menjadi subjek penelitian yang menarik dari sudut pandang klasik, yakni retorika Aristoteles.

Penelitian yang dilakukan oleh dua akademisi, Rina Raflina dari Sahid University Jakarta dan Marlinda Irwanti Poernomo dari LSPR Communication & Business Institute, mengkaji secara mendalam gaya debat Gibran dengan menggunakan pendekatan retorika klasik.

Hasil penelitian mereka dipublikasikan dalam International Journal of Social Science tahun 2025 dan berjudul Retorika Gibran Rakabuming Raka dalam Debat Cawapres 2024 dalam Tinjauan Teori Retorika Aristoteles.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis isi untuk mengidentifikasi dan mengkategorisasi unsur-unsur retorika dalam penampilan debat Gibran. Data diperoleh dari video debat yang beredar di berbagai platform digital serta wawancara dengan sejumlah penonton debat.

Fokus utama kajian ini adalah tiga pilar retorika Aristoteles, yaitu ethos (karakter), pathos (emosi), dan logos (logika).

Hasil analisis menunjukkan bahwa Gibran menampilkan ethos yang kuat, yang tercermin dari sikap tenang, percaya diri, serta gaya komunikasi yang ringkas dan jelas. Kehadirannya di panggung debat menggambarkan sosok muda yang rasional dan terbuka, dengan kualitas intelektual yang cukup mencolok. Karakter tersebut memberikan kesan integritas dan kompetensi, dua hal yang menjadi esensi utama dari ethos dalam retorika.

Baca Juga :  KH Said Aqil Sirajd Tak Sehebat Gus Dur, Kalah Hadapi Cawe-cawe Jokowi di NU

Dari sisi pathos, Gibran menampilkan gaya komunikasi yang cenderung spontan dan tidak terlalu formal. Gaya ini menumbuhkan kedekatan emosional dengan audiens, menciptakan kesan kejujuran, dan membangun simpati. Sikap dan ekspresi yang natural menjadikan pesan-pesannya terasa lebih membumi dan relevan, terutama bagi kalangan muda.

Sementara dalam aspek logos, Gibran menunjukkan pendekatan yang langsung dan praktis. Jawaban-jawabannya dalam debat tidak berbelit-belit, menyentuh inti permasalahan, dan mudah dipahami. Pola pikir logis dan sistematis terlihat dalam cara ia menguraikan isu-isu penting, menunjukkan bahwa ia menguasai materi dengan baik.

Keseluruhan temuan menunjukkan bahwa gaya retorika Gibran mencerminkan perpaduan antara nilai-nilai klasik dan kebutuhan komunikasi kontemporer. Dalam konteks debat politik modern, pendekatan ini dinilai relevan, terutama ketika disampaikan oleh figur muda yang akrab dengan ritme komunikasi digital yang cepat dan visual.

Baca Juga :  Anggota Komisi X DPR RI Apresiasi Buku Pengembangan SDM Modern Karya Dosen FISIP UNEJ

Penelitian ini juga menawarkan kontribusi inovatif bagi pengembangan teori retorika Aristoteles di era digital. Dalam dinamika politik yang semakin mengedepankan komunikasi cepat dan efektif, gaya retorika seperti yang ditunjukkan oleh Gibran dapat menjadi inspirasi bagi politisi muda lainnya.

Pendekatan ini tidak hanya memperkuat daya tarik personal, tetapi juga meningkatkan kepercayaan publik terhadap kapabilitas seorang pemimpin.

Dalam konteks politik Indonesia yang kini lebih terbuka terhadap kehadiran pemimpin muda, kajian ini memperlihatkan pentingnya kemampuan berkomunikasi yang tidak hanya bersifat informatif tetapi juga persuasif dan reflektif. Gaya Gibran menunjukkan bahwa komunikasi politik yang efektif tidak harus rumit, namun cukup dengan menyampaikan pesan secara jujur, jelas, dan penuh keyakinan.

Retorika, yang selama ini dianggap sebagai warisan klasik, terbukti masih relevan dan mampu berkembang dalam lanskap komunikasi politik modern. Studi ini menekankan bahwa pendekatan klasik Aristoteles tetap dapat menjadi alat analisis yang kuat dalam memahami dinamika komunikasi pemimpin masa kini, termasuk dalam konteks panggung politik Indonesia yang semakin kompetitif dan digital.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Driver Ojol Demo dengan Delapan Tuntutan, Pemkab Jember akan Segera Penuhi Tuntutan Lokal
Sedot Air Muara Sungai Tanpa Ijin, DPRD Tinjau Dua Tambak di Pantai Payangan Jember
Gelar Sosialisasi 4 Pilar, Gus Rivqy Ajak Warga Jaga Nilai Kebangsaan
Gus Khozin Soroti Catatan Hitam Proses Demokrasi di Jember dan Dorong Revisi UU Pemilu
Anggota Komisi X DPR RI Apresiasi Buku Pengembangan SDM Modern Karya Dosen FISIP UNEJ
Banyak Keluhan Jalan Rusak, Gus Fawait Sebut 56 Ruas Sudah Mulai Dibenahi
Kabar Gembira Bagi Pengguna Motor Listrik, United E-Motor Hadir di Jember
Aksi Anarkis May Day, Wakil Ketua Komisi E DPRD Jawa Tengah: Itu Tak Mencerminkan Sikap Buruh

Baca Lainnya

Selasa, 20 Mei 2025 - 15:00 WIB

Driver Ojol Demo dengan Delapan Tuntutan, Pemkab Jember akan Segera Penuhi Tuntutan Lokal

Minggu, 18 Mei 2025 - 17:56 WIB

Sedot Air Muara Sungai Tanpa Ijin, DPRD Tinjau Dua Tambak di Pantai Payangan Jember

Sabtu, 17 Mei 2025 - 11:00 WIB

Gelar Sosialisasi 4 Pilar, Gus Rivqy Ajak Warga Jaga Nilai Kebangsaan

Minggu, 11 Mei 2025 - 17:59 WIB

Gus Khozin Soroti Catatan Hitam Proses Demokrasi di Jember dan Dorong Revisi UU Pemilu

Jumat, 9 Mei 2025 - 18:10 WIB

Anggota Komisi X DPR RI Apresiasi Buku Pengembangan SDM Modern Karya Dosen FISIP UNEJ

TERBARU

Kolomiah

Ekoteologi Dan Iman Yang membumi

Selasa, 20 Mei 2025 - 20:22 WIB