Gua Hira & Ruang Spiritual-Intelektual K.H Hasyim Asy’ari

Frensia.id Dalam inseklopedia sejarah, K.H Hasyim Asy’ari lahir pada 14 Februari 1871 atau bertepatan 24 Dzulqaidah 1287 H. Sosok pendiri Nahdalatul Ulama ini sudah tersohor seantero Indonesia — bahkan dunia–, beliau tidak hanya meninggalkan pesantren, karya, lebih dari itu meninggalkan kebiasaan-kebiasaan religius dan inspiratif yang patut diteladani.

Misalnya pada saat menimba ilmu di mekkah, K.H Hasyim Asy’ari senantiasa disela-sela waktu belajarnya juga biasa mengunjungi Gua hira. Untuk sampai di Gua hira yang berlokasi di jabal Nur, K.H Hasyim Asy’ari harus menempuh radius perjalanan sejauh 10 kilometer dengan berjalan kaki.

Kebiasaan ini dilakukan sebagai upaya untuk mengambil pelajaran dan keteladanan Rosulullah saw pada saat awal menerima Wahyu.Terdapat penulis yang menyebutkan di Gua Hira tersebut sang kyai mempelajari dan menghafal hadits serta mengkhatamkan al-Qur’an.

Bacaan Lainnya

Tidak hanya gua hira yang istiqamah K.H Hasyim Asy’ari kunjungi, raudah makam Nabi Muhammad saw menjadi tempat favorit destinasi religius K.H Hasyim Asy’ari, di tempat mulya ini K.H Hasyim Asy’ari memperbanyak membaca sholawat serta mengkhatamkan kitab dalail.

Ada semangat yang ditanamkan K.H Hasyim Asy’ari kepada kita (santri)-nya, dimana kita harus senang dan –bahkan — secara istigomah ziarah kepada tempat (baca: pasarean, astah, petilasan) para wali/kekasih Allah. Untuk mendekatkan diri kita dan mengambil uswah keteladanan dari para kekasih Allah tersebut.

Disamping pula sebagai upaya jalan menuju Allah, KH. Abdul Hamid Pasuruan (cucu mbah siddiq Jember dari jalur ibu) menuturkan “jika tidak bisa berjalan sendiri menuju Allah, ya ikutilah dengan orang-orang sudah dekat dengan Allah (orang-orang yang sholeh).”

Teladan K.H Hasyim Asy’ari seperti diatas nampaknya dilakukan banyak orang khsuusnya para santri. Kita bisa saksikan di pesantren, makam para kyai lazim disebut congkop (istilah madura) menjadi tempat pilihan favorit untuk menghatamakan al-Qur’an, menghafal al-Qur’an, al-fiyah Ibnu Malik dan lain sebagainya.

Maqbaroh atau makam para kyai ini — bagi santri atau penziarahnya– layaknya Gua Hira dan raudah Rasulullas saw bagi K.H Hasyim Asy’ari, ada titik kesamaan pada tujuannya yakni baik Maqbaroh atau Gua Hira sebagai runag untuk memupuk spiritualitas dan memperdalam nalar intelektualitas.