Frensia.id – Peneliti dan pemerhati sanad Al-Quran di Nusantara, Gus M. Abid Mu’affan tegaskan pentingnya menulis saat hadir dalam acara acara Seminar dan Ngaji Bareng di Pondok Pesantren Jalaluddin Ar-Rumi, Jatisari, Jenggawah, Jember, pada Rabu, 1 Januari 2025.
Dalam acara bertajuk “Sanad Al-Qur’an di Nusantara: Peran Ulama Indonesia dalam Panggung Global”, Gus Abid menyampaikan kalimat yang menyerupai sebuah ayat Al-Quran:
“Wa Laa Tamuutunna illa Wa Antum Katibun” (Janganlah engkau mati kecuali sebagai penulis), tegasnya.
Hal tersebut didasarkan pada satu harapan besar pada santri untuk menjadi generasi Al-Quran lafdzan (secara kata atau kalimat), ma’nan (secara arti atau makna), serta ‘amalan (secara perbuatan).
Menurut pegiat sanad yang sering menyebut dirinya sebagai Santri Backpacker Nusantara itu, salah satu bentuk ‘amalan yang paling mulia adalah menulis segala hal yang berkaitan dengan Al-Quran, layaknya ia yang telah jauh berkelana dan meneliti, lalu membuat sebuah buku tentang sanad Al-Quran.
Lebih lanjut, ia menegaskan mendalami Al-Quran dengan menulis menjadi hal yang sangat istimewa dan luar biasa, seperti dalam suatu kalimat bijak yang cukup mashur:
“Jika engkau ingin mengenal dunia, maka bacalah! Jika engkau ingin dikenal dunia, maka menulislah!” tegasnya.
Demikian juga, dapat dipahami bahwa Al-Quran dapat sampai pada masa sekarang dengan berbagai macam dialeknya, karena perjuangan para Ulama yang memperkenalkannya lewat tulisan, termasuk di dalamnya perihal sanad.
Dalam tradisi pesantren, menurutnya, ilmu sanad menjadi bagian dari agama karena berkaitan dengan sumber dari wahyu. Sedangkan wahyu berasal dari Allah. Kalau urusan sanad tidak diperhatikan, maka setiap orang bisa berbicara apa saja sekehendak hatinya.
“Sanad menjadi tradisi dan ciri khas Ahlussunnah wal Jama’ah. Tradisi keilmuan golongan ini lahir dari pesantren,” ungkapnya
Sehingga dalam seminar yang berlangsung di Masjid Baitul Hikmah itu dibahas jejak sanad Al-Qur’an di Nusantara dan peran ulama Indonesia dalam menjaga serta mengembangkan warisan ilmu Al-Qur’an, di tingkat lokal hingga global.
Selain itu, juga diperkenalkan jalur transmisi sanad Al-Qur’an dari masa Nabi Muhammad hingga sampai ke ulama Nusantara dan dunia. Utamanya, peran penting ulama Indonesia dalam menjaga sanad serta memperkenalkannya kepada masyarakat.