Frensia.id – Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Sumenep membuat heboh masyarakat. Pasalnya, seorang suami tega aniaya istrinya hingga meregang nyawa.
Menanggapi hal tersebut dai kondang asal Sumenep, Habibullah Salman memberikan komentar lewat media sosialnya.
Menurutnya, kehebohan kasus KDRT itu terjadi karena masyarakat tidak menyangka ada seorang suami, yang pendidikannya tembus level magister bisa melakukan hal sebuas itu.
“Saya pun membaca buku untuk tahu lebih jauh tentang KDRT. Saya ambil satu buku tipis. Judulnya: Hiruk Pikuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga,” tulisnya di Facebook pada Senin (7/10/2024).
Pria yang juga sebagai peresensi itu membagikan bahwa faktor KDRT berkisar pada tiga teori: Biologis, Frustrasi-Agresi, dan teori kontrol.
Pertama, secara biologis, manusia memang buas. Ia menikmati luka dan kematian. Menikmati luka dan kematian dirinya atau orang lain.
Jika sisi ini yang menonjol dalam diri seorang suami, maka dia akan menikmati saat melukai dan membunuh istrinya.
Kedua, Frustrasi-agresi. Saat orang frustrasi, dia akan menyerang pihak yang telah bikin frustrasi atau melampiaskan pada orang lain. Itu dilakukan untuk mengurangi tekanan mental.
Ketiga, lost kontrol. Nah, jika tidak lihai mendeteksi kebuasan dan frustasi yang dialami dan tidak cerdas menetralisirnya, maka orang akan buas dan mudah melampiaskan amarah.
Dari buku Hiruk Pikuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga, pria peraih Juara I dan II tingkat Nasional Penerbit Mizan dan Diva Press itu, faktor KDRT itu diantaranya ialah kurang komunikasi, labilitas emosi, masalah ekonomi, mabuk atau kecanduan narkoba, latar budaya patriarki dan bias gender.
Untuk itu, tips memilih pasangan dari pria yang juga aktif sebagai pengajar di SMA Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep itu adalah dengan melihat bagaimana calon pasangan saat marah dan bagaimana cara melampiaskannya.
“Sebagai intermezo, saya ingat pesan Raditya Dika, ulama stand up komedi masyhur, saat ditanya tips memilih pasangan yang bagus. Dia menjawab lihatlah calon pasangan saat marah, bagaimana cara dia melampiaskannya. Dari itu akan ketahuan apakah dia buas atau tidak,” tulis Habibullah.
Selain itu, pada unggahan sebelumnya Habibullah membagikan tips memilih calon dari salah satu Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah, K.H. Dr. Afif Hasan.
Habibullah bercerita bahwa K.H. Dr. Afif Hasan pernah ditanya oleh seseorang mahasiswa tentang calon menantu idaman.
“Menantu yang istikamah salat tahajud,” jawab Kiai Afif Hasan dengan mantap.
Tahajud bagi Kiai Afif menjadi parameter dalam semua kebaikan. Orang yang suka bertahajud sudah pasti menjaga salat lima waktu. Orang yang berhasil menjaga salat lima waktu senantiasa secara mendapatkan berkah, serta yumdidkum bi amwalin wa banin.
Jika Islam kokoh di atas lima tiang, yakni syahadat, salat, puasa, zakat, dan haji, maka satu-satunya tiang yang sangat mungkin kita benahi setiap waktu adalah salat.
Sahadat sudah diucapkan waktu dulu, puasa hanya sekali dalam setahun, zakat begitu juga, sedangkan haji disyaratkan bagi yang punya kemampuan finansial, kesahatan, dan kesabaran menunggu waiting list (bayar sekarang baru bisa naik haji 30 tahun lagi). Hanya salat satu-satu pilar yang menjadi andalan umat Islam.
Jika kelak di akhirat salat menjadi parameter baik dan buruknya semua amal lainnya, di dunia ia juga menjadi ukuran baik dan buruknya hidup seseorang.
Maka, orang yang menikah tidap perlu khawatir jika salat tahajudnya sudah mapan. Yang belum menikah juga tidak perlu takut untuk menikah jika tahajudnya sudah istikamah. Ini kunci utama membangun rumah tangga.