Hikmah Menyambut Bulan Puasa (Bagian II) : Tata Kembali Niat Untuk Kesempurnaan Ibadah Selama Ramadhan

Ilustrasi Menata Niat Puasa Ramadhan
Ilustrasi Menata Niat Puasa Ramadhan (Sumber: Pexels/Thirdman)

Frensia.id – Pada bagian sebelumnya dijelaskan bahwa untuk dapat sempurna melaksanakan ibadah puasa selama bulan Ramadhan adalah dengan menata niat.

Niat yang pertama adalah menjalankan ibadah kepada Allah dengan berpuasa selama bulan Ramadhan.

Niat yang kedua ialah niat untuk mengikuti dan meneladani perilaku Rasulullah dalam menjalankan ibadah selama Ramadhan, utamanya dalam melaksanakan Puasa.

Kedua niat tersebut merupakan jenis niat paling mendasar dan paling pokok, sebagaimana dijelaskan oleh Ustadz Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, M.A dalam Majalah Kesehatan Muslim Edisi I Tahun I.

Selanjutnya, seorang penceramah dan juga dokter ini melanjutkan pada menata niat yang benar dengan tiga jenis niat lainnya.

Jenis niat ketiga ialah niat menjalankan ibadah puasa sebagai kewajiban serta karena merupakan bagian dari rukun Islam yang kelima.

Jenis niat merupakan niat yang umum diketahui oleh masyarakat muslim, akan tetapi penting untuk diketahui bahwa berpuasa Ramadhan jangan sampai hanya bertujuan untuk menggugurkan kewajiban belaka.

Oleh karena itu, penting untuk disertai dengan dua jenis niat yang telah disebutkan sebelumnya.

Jenis niat keempat ialah niat mendahulukan keridhan Allah daripada kesenangan pribadi.

Ketika seorang muslim berpuasa, tentu akan meninggalkan berbagai hal disenangi. Makan, minum, bergaul suami-istri, semuanya didahulukan karena perintah Allah.

Semua hal yang disenangi tersebut harus ditinggalkan dengan hati yang tulus dan semata-mata karena mencari keridhaan Allah SWT semata.

Maka, jika seorang muslim telah berhasil mendahulukan keridhaan Allah dibanding kepuasaan diri sendiri akan menjadi bekal untuk menggapai dan menikmati manis serta indahnya keimanan.

Demikian juga jenis niat ini adalah niat yang sangat tinggi nilainya, hanya saja terkadang tidak terasa ketika di dunia.

Sehingga tidak heran jika terkadang seorang yang berpuasa senantiasa tidak sabar untuk segera berbuka puasa, dan bahkan sekedar matahari terbenam, balas dendam dan pelampiasan diri segera dilancarkan. yakni, dengan makan dan minum sebanyak-banyaknya, sampai terasa susah dan malas untuk melaksanakan tarawih.

Niat yang terakhir ialah berniat menjadikan puasa Ramadhan sebagai upaya membangun benteng dan pelindung diri dari api neraka.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

Pada riwayat lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى صَائِمٌ ، مَرَّتَيْنِ. رواه البخاري

“Puasa adalah perisai, maka orang yang sedang berpuasa hendaknya tidak berkata kata keji dan berperilaku layaknya orang-orang bodoh (semisal berteriak-teriak-pen). Dan bila ada seseorang yang memerangi atau mencacinya, hendaknya ia membela diri dengan berkata: sesungguhnya aku sedang berpuasa, 2 kali”.) (HR. Bukhari)